Wah, Layanan Streaming Musik Ternyata Menyumbang Jejak Karbon untuk Bumi

Reading time: 2 menit
Ilustrasi. Foto: pixabay
Siapa sangka dengan mengunduh dan mendengarkan musik melalui layanan streaming online bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan jejak emisi karbon yang merupakan penyebab terjadinya perubahan iklim.
 
Berdasarkan sebuah studi baru yang dipublikasikan oleh Universitas Glasglow dan Universitas Oslo menunjukkan bahwa mendengarkan musik melalui pengunduhan dan layanan streaming ternyata memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan.

Dari studi yang berjudul “The Cost of Music menemukan bahwa jumlah plastik yang digunakan untuk membuat rekaman fisik telah anjlok dari 61 juta kilogram pada tahun 2000-an menjadi sekitar 8 juta kilogram pada tahun 2016. Dalam hal ini, industri musik memang berhasil mengurangi jumlah plastik dari kegiatan industrinya, namun peralihan industri musik ke arah digital justru menimbulkan masalah baru bagi lingkungan.

Ternyata energi yang dibutuhkan untuk streaming dan mengunduh musik digital telah menyebabkan emisi gas rumah kaca (GHG) yang meningkat tajam. Studi ini memperkirakan bahwa konsumsi musik pada tahun 2000 menghasilkan emisi sekitar 157 juta kilogram yang setara gas rumah kaca. Sekarang jumlah GHG yang dihasilkan oleh energi yang dibutuhkan untuk menikmati musik melalui layanan streaming diperkirakan berjumlah sekitar 200 dan 350 juta kilogram.

Dilansir dari Inhabitat, studi ini menggunakan catatan data dari Asosiasi Industri Rekaman Amerika. Para peneliti mengambil sampel dari jumlah total lagu yang diputar melalui layanan streaming dan diunduh lalu mengalikannya dengan jumlah listrik yang dibutuhkan untuk mengunduh data sebesar 1 gigabyte. Setiap gigabyte setara dengan jumlah listrik yang dibutuhkan untuk menyalakan satu bola lampu selama satu jam. Peneliti selanjutnya menyelidiki sumber bahan bakar seperti apa yang biasanya digunakan oleh situs penyedia layanan streaming musik dan berapa jumlah jejak karbon yang dihasilkan.

Ilustrasi. Foto : Maxpixel

Sharon George, Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Keele dan Deirdre McKay, yang mendalami masalah Geografi dan Politik Lingkungan Universitas Keele menguraikan beberapa metode untuk mendengarkan musik lebih hijau melalui The Conversation. Mereka menyarankan membeli album fisik yang sebenarnya lebih ramah lingkungan jika berencana untuk mendengarkannya berulang kali. Karena 27 lagu yang diputar secara penuh melalui layanan streaming kemungkinan akan menggunakan lebih banyak energi daripada energi yang diperlukan untuk memproduksi kepingan disk. Mereka juga mencatat bahwa mengunduh musik dari layanan streaming untuk mendengarkan lagu secara offline dapat mengurangi konsumsi energi.

Menurut The Rolling Stone, perusahaan raksasa penyedia layanan streaming musik, Spotify berjanji akan berupaya menuju netralitas karbon berdasarkan laporan keberlanjutannya yang diterbitkan pada 2017. Pada tahun 2018, laporan keberlanjutan baru menunjukkan bahwa mereka telah mengurangi jejak karbon sebesar 1.500 ton dan menutup hampir semua pusat data mereka yang kini beralih menggunakan jasa Google Cloud Platform (GCP).

“Itu tidak berarti bahwa Google menggunakan energi yang sepenuhnya terbarukan atau bahwa emisi CO2 mereka lebih rendah,” ujar Kyle Devine, profesor dari Universitas Oslo kepada The Rolling Stone. “Apa yang mereka lakukan adalah membeli atau berinvestasi dalam energi terbarukan pada tingkat yang sama atau cocok dengan jumlah energi yang mereka gunakan.” pungkasnya.

Mengikuti jejak Google, perusahaan penyedia layanan streaming Apple dan Amazon juga baru-baru ini berinvestasi dalam opsi energi terbarukan untuk pusat mereka.

Penulis: DS/G43

Top