Peneliti Afrika Selatan Gagas Batu Bata Berbahan Urine

Reading time: 2 menit
Peneliti Afrika Selatan Gagas Ide Batu Bata Berbahan Urine
Peneliti Afrika Selatan gagas ide batu bata berbahan urine. Foto: University of Cape Town.

Bahan bangunan umumnya menggunakan batu bata dari tanah liat yang dibakar. Namun, bagaimana jika rumah Anda terbuat dari batu bata yang berbahan dasar urine? Saya dapat pastikan, batu bara urine tidak seburuk yang Anda bayangkan. Meskipun terdengar menjijikkan, ternyata urine bisa bermanfaat menjadi bahan bangunan, sekaligus menjadi solusi untuk pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Melansir Intelligent Living, mahasiswa University of Cape Town, Afrika Selatan, Suzanne Lambert telah mengembangkan batu bata berbahan urine sejak 2018. Dia mengembangkan metode tanpa limbah untuk membuat batu bata berbasis urine. Demi melaksanakan uji coba ini, peneliti mengumpulkan urine manusia.

Proses pembuatan bio bricks yang memanfaatkan pengendapan karbonat mikroba. Peneliti juga menggunakan pasir yang terkolonisasi dengan bakteri. Proses ini mirip dengan cara pembentukan kerang laut. Bakteri menghasilkan enzim urease yang berfungsi memecah urea dalam urin. Bakteri ini kemudian menciptakan kalsium karbonat melalui reaksi kimia yang kompleks. Proses ini mengeraskan pasir menjadi bentuk apa pun seperti beton atau persegi panjang.

Baca juga: Mahasiswa Asal Bandung Ciptakan Cat Tekstil dari Kunyit

Bio Bricks, Batu Bata Urine Tanpa Proses Pembakaran Hindari Emisi Karbon

Rekayasa bahan bangunan yang ramah lingkungan seperti bio bricks sangat penting untuk masa depan yang lebih hijau. Tidak seperti batu bata standar yang memerlukan tungku pembakaran yang mencapai suhu didih hingga 2.552°F atau 1400°C yang menghasilkan karbon dioksida, bio bricks dapat mengeras pada suhu kamar. Selain itu, biobrick juga dapat dimodulasi agar sesuai dengan ukuran, bentuk, atau kekuatan tertentu.

Dyllon Randall, Supervisor Lambert mengatakan, jika klien menginginkan batu bata yang lebih kuat dari 40 persen batu bata kapur, peneliti harus ‘menumbuhkannnya’ urin di dalamnya lebih lama. Semakin lama membiarkan bakteri membuat semen maka semakin kuat produk yang dihasilkan dan prosesnya akan optimal. Rendall sendiri menyebut urin sebagai ‘emas cair dari limbah’.

Metode tanpa limbah untuk membuat bio bricks menghasilkan produk sampingan yang penting termasuk kalium, nitrogen, dan 97 persen fosfor urin yang berubah menjadi kalsium fosfat. Ketiga zat ini kemudian dapat berguna kembali untuk dijadikan pupuk.

Penulis: Mega Anisa

Editor: Ixora Devi

Top