Negara-Negara Berkembang Berlomba Jajaki Energi Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
Negara-negara berkembang di dunia mulai mengalihkan pasokan sumber energinya...

(Greeners/Bandung) Negara-negara berkembang di dunia mulai mengalihkan pasokan sumber energinya ke pembangkit listrik yang terbarukan. Hal ini senada dengan semangat yang diungkapkan dalam KTT lingkungan akhir tahun lalu di Kopenghagen, Denmark.

Dari 151 negara yang berpartisipasi dalam KTT ke-15, 25 negara berkembang setuju bergabung dalam kesepakatan aksi mitigasi nasional untuk mengurangi emisi dunia atau Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs). NAMAs merupakan sebuah kesadaran negara untuk mengurangi produksi emisi gas rumah kaca ke atmosfir bumi.

Energi terbarukan adalah energi yang didaulat sebagai energi bersih atau ramah lingkungan. Berdasarkan penjelasan dari situs renewableenergy.com, energi terbarukan dapat menjadi energi bersih karena sifatnya yang senantiasa tersedia dan melimpah serta tidak mengeluarkan emisi yang besar. Contoh energi terbarukan adalah sinar surya, listrik tenaga angin, listrik tenaga air, dan panas bumi.

Akhir 2009, negara-negara di Afrika membangun Aliansi Energi Terbarukan Afrika. Aliansi ini mendeklarasikan kerjasamanya dengan pernyataan, “Now is the time to set the course towards a massive uptake of renewable energy for all people in urban and rural Africa.”

Situs www.renewableenergyworld.com, menyebutkan Ethiopia salah satu negara di Afrika,  sedang merencanaKAN 760 MW pembangkit listrik yang digerakkan oleh angin pada 2013 dan 450 MW energi dari panas bumi pada 2018. Maroko pun diberitakan tengah mengembangkan 2 GW pembangkit energi listrik matahari hingga 2020). Maroko pun menargetkan terpasangnya pemanas air tenaga surya sebanyak 440.000 m2, pada 2012 hingga 1,7 juta m2 pada 2020.

Negara Afrika lainnya, Ghana pun dikabarkan sedang meningkatkan potensi 10-20 % energi terbarukan hingga tahun 2020.

Di benua Amerika, Meksiko berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 30% pada 2020. Pemerintah Meksiko pun berencana meningkatkan 7000 MW energi terbarukan dengan kapasitas menghasilkan listrik hingga 16000 GWh/tahun. Brazil pun berencana untuk meningkatkan penggunakan bahan bakar organik (biofuel) dan berencana mernurunkan 46-60 juta ton CO2 pada 2020.

Benua Eropa pun tak mau ketinggalan. Negara-negara berkembang di Eropa Timur pun turut mengembangkan energi terbarukan.

Di benua Asia, Yordania mengeluarkan Hukum Energi Terbarukan pada Januari 2010 lalu. Hukum tersebut dapat mendorong strategi pemerintah Yordania, dimana 7 persen energi diperoleh dari energi terbarukan pada 2015 dan naik 10 persen pada 2020.

Target Energi Terbarukan Indonesia

Akhir April 2010, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kongres Panas Bumi tingkat Dunia ke-5 di Nusa Dua, Bali. Dalam pembukaan kongres tersebut Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, menegaskan pengembangan energi panas bumi sebagai salah satu energi terbarukan di Indonesia.

Sebelumnya Greeners memberitakan pemerintah telah menyusun kebijakan energi nasional yang mengupayakan peningkatan pemanfaatan panas bumi jadi 5 % pada tahun 2025 (9500 MW).

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, R Sukhyar, dalam harian Bisnis Indonesia menulis apabila target 9500 MW itu tercapai maka akan dapat menggantikan pemakaian minyak bumi sedikitnya 4 miliar barel selama 30 tahun operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi atau setara dengan cadangan terbukti minyak bumi Indonesia saat ini. (dk)

Top