Kenapa EcoNusa Berbasis di Jakarta, padahal fokusnya di Indonesia Timur?
Karena kita berpikir banyak urusan yang terjadi di Papua dan Maluku diputuskan di Jakarta, membangun jalan, kasih Hak Pengusahaan Hutan (HPH), konsensi, semua diputuskan di Jakarta.
Mengapa fokusnya di Indonesia Timur terutama Maluku dan Papua?
Kalau dalam konteks hutan, di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi sudah mulai habis. Masih ada sedikit, tetapi tinggal menunggu waktu. Saya tidak mau menghabiskan sisa umur untuk mengurusi hal yang kemungkinan besar sudah habis. Lebih baik fokus kepada hutan yang masih bisa diselamatkan, terutama di Maluku dan Papua. Itu alasan yang pertama.
Kedua, ada sentimen pribadi karena lahir dan besar di Papua. Sudah menjadi tanggung jawab pribadi untuk mendedikasikan sisa umur dalam melakukan sesuatu yang signifikan ke Papua dan Maluku.
Ketiga, Papua dan Maluku memang tidak diperhatikan oleh Indonesia. Pembangunan sumber daya manusia tidak dikawal dengan baik. Padahal Indonesia Timur membutuhkan perhatian yang lebih besar. Ini adalah masa depan Indonesia di sinilah hutan kita, sumber daya alam yang tersisa paling banyak.
Dari segi keanekaragaman hayati, misalnya, Papua sangat kaya bukan hanya untuk Indonesia, tetapi juga dunia. Kalau berbicara mengenai perubahan iklim 30 persen efek rumah kaca global itu keluar dari kegiatan deforestasi. Jika tidak dijaga hutannya, akan berpengaruh tidak hanya bagi iklim lokal di Papua atau pun Indonesia, tapi global.
Bagaimana Anda melihat perlindungan terhadap lingkungan di Indonesia saat ini?
Sangat memprihatinkan. Apa yang terjadi sekarang terkait Omnibus Law itu harus disetop karena kalau tidak dapat memengaruhi masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Saya pikir Omnibus Law merupakan tanda-tanda kemunduran yang sangat signifikan.
Kemudian, pemerintah mengatakan bahwa deforestasi menurun, mungkin pertama karena sudah tidak ada lagi pohon yang ditebang. Kedua, apakah kualitas hutan juga menurun? Jangan sampai tersisa satu dua pohon besar, tetapi yang lainnya sudah diambil dan itu tidak dihitung sebagai deforestasi.
Sementara pemerintah mulai mendorong B100 (bahan bakar nabati) tanpa berpikir apakah kebijakan ini mendorong orang untuk lebih banyak menebang hutan. Pertimbangan ekonomi lebih dikedepankan saat ini ketimbang lingkungan. Dalam jangka panjang bila tidak terkelola dengan baik akan berdampak kepada generasi yang akan datang.