BRIN dan Kemenhut Dorong Inovasi Pangan dan Obat Berbasis Hayati

Reading time: 2 menit
BRIN dan Kemenhut mendorong inovasi pangan dan obat berbasis hayati. Foto: BRIN
BRIN dan Kemenhut mendorong inovasi pangan dan obat berbasis hayati. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi menjalin kerja sama strategis dengan Kementerian Kehutanan (Kemenhut). Kerja sama ini bertujuan mendorong pengembangan riset inovatif dan teknologi konservasi yang berkelanjutan. Khususnya, dalam sektor pangan dan obat-obatan yang berbasis keanekaragaman hayati Indonesia.

Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) BRIN, Andi Pratama, dengan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Satyawan Pudyatmoko, di Jakarta pada Rabu (21/5).

β€œKami berkomitmen mengoptimalkan potensi sumber daya hayati Indonesia melalui riset berbasis inovasi dan teknologi,” ujar Andi.Β 

BACA JUGA: Potensi Pangan dan Obat Berbasis Hayati Belum Terungkap

Ia menambahkan, riset akan dilakukan bersama 16 Unit Pelaksana Teknis (UPT). Riset mencakup di kawasan prioritas seperti Taman Nasional Betung Kerihun di Kalimantan Barat.

Salah satu inisiatif unggulan dalam kolaborasi ini adalah pengembangan platform Ekspedisi Biodiversitas Terestrial untuk mengungkap potensi hayati nasional, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui program Degree by Riset.

Selain itu, pemanfaatan fasilitas teknologi mutakhir Cryo-Electron Microscopy (Cryo-EM), satu-satunya di Asia Tenggara akan digunakan untuk memodelkan struktur protein dari plasma nutfah lokal, membuka peluang besar dalam inovasi pangan dan pengembangan obat.

β€˜β€™Contoh konkret dari keberhasilan riset sebelumnya adalah Program PISANG yang didukung oleh Gates Foundation, yang meneliti varietas pisang Musa acuminata dari Aceh hingga Papua. Penelitian ini sepenuhnya dilakukan di dalam negeri, sebagai bagian dari upaya menjaga kedaulatan genetik dan mencegah eksploitasi oleh pihak asing,’’ ungkapnya.

Lindungi HAKI Kekayaan Hayati

Andi menekankan pentingnya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atas temuan riset dan kekayaan hayati. Hal ini bertujuan agar manfaatnya bisa kembali kepada bangsa Indonesia. Ini juga sejalan dengan pernyataan Satyawan. Ia menyoroti masih minimnya data dan kajian ilmiah atas spesies baru di taman nasional.

β€œBanyak spesies baru seperti jamur Morchella dari Rinjani atau anggrek langka belum terdokumentasi secara memadai. Data yang kuat akan memperkuat posisi Indonesia dalam forum internasional,” ujarnya.

Satyawan juga menegaskan pentingnya peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan penguatan keahlian ilmiah. Hal ini penting agar hasil riset dapat mendukung kebijakan konservasi dan diplomasi lingkungan secara global.

Kedua pihak sepakat bahwa kerja sama ini tidak hanya mencakup riset. Namun, juga pengembangan sumber daya manusia, pelatihan taksonomi, serta pelindungan kekayaan hayati dari eksploitasi yang tidak bertanggung jawab.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top