Jakarta (Greeners) – Belantara Foundation menggelar kegiatan pendataan dan identifikasi biodiversitas burung, amfibi, dan reptil di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, pada Sabtu (20/12). Sebanyak 70 pelajar dari 30 sekolah di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang ikut mengisi akhir pekan mereka pada kegiatan ini.
Program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Belantara Foundation dengan Gaia Indonesia, Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus FMIPA, serta Wapalapa Universitas Pakuan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda menjaga biodiversitas perkotaan sekaligus mendata serta mengidentifikasi keberadaan burung, amfibi, dan reptil.
Berdasarkan hasil pengamatan, tercatat sebanyak 20 jenis burung, 1 jenis amfibi, dan 8 jenis reptil. Dari 20 jenis burung yang teridentifikasi, terdapat satu jenis burung yang termasuk satwa dilindungi, yaitu burung betet biasa (Psittacula alexandri).
Mengacu pada Daftar Merah IUCN, burung betet biasa (Psittacula alexandri) berstatus Near Threatened (NT) atau hampir terancam punah. Sementara itu, burung kerak kerbau (Acridotheres javanicus) berstatus Vulnerable (VU) atau rentan terhadap kepunahan.
Satwa liar seperti burung, amfibi, dan reptil memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan ekosistem. Burung, misalnya, berperan dalam penyebaran biji (seed dispersal). Amfibi dan reptil berfungsi sebagai pengendali hama alami, seperti serangga dan tikus. Selain itu, keberadaan ketiga kelompok satwa tersebut dapat menjadi indikator kualitas lingkungan (bioindikator) sekaligus membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Namun, seiring pesatnya pembangunan, burung, amfibi, dan reptil menghadapi berbagai tantangan dan ancaman serius. Ancaman tersebut meliputi kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan ilegal, serta pencemaran lingkungan. Selain itu, perubahan iklim global dan kerusakan ekosistem turut berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.
Tebet Eco Park Habitat Berbagai Jenis Fauna
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan bahwa Tebet Eco Park terpilih menjadi lokasi kegiatan. Sebab, taman kota yang luasnya 7,3 hektare ini memiliki potensi menjadi habitat berbagai jenis fauna burung serta amfibi dan reptil.
Taman kota yang telah direvitalisasi pada tahun 2021 dan resmi dibuka kembali pada April 2022 ini lokasinya sangat strategis. Selain itu, taman ini juga memiliki fasilitas yang cocok untuk kegiatan edukasi dan penyadartahuan.
“Oleh karenanya, pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis burung, amfibi dan reptil amat penting sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut,” ujar Dolly.
Dolly menambahkan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Tebet Eco Park ini bisa jadi laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar, khususnya bidang biologi. Selain itu, keberadaan satwa liar ini juga sangat membantu dalam mendukung terjadinya keseimbangan ekosistem di area taman kota tersebut.
Berdasarkan Dokumen Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Provinsi DKI Jakarta Tahun 2025-2029, setidaknya terdapat 25 jenis burung, 2 jenis amfibi dan 3 jenis reptil di Tebet Eco Park. Data tersebut perlu pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan jumlah masing-masing jenis tersebut.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































