Bisnis Hijau Kendalikan Dampak Perubahan Iklim

Reading time: 3 menit
Talkshow rangkaian acara 0 % FEST mengusung tema Climate Change Challange. Foto: Greeners/Apriohansyah

Jakarta (Greeners) – Dalam menghadapi ancaman dan dampak perubahan iklim, Indonesia membutuhkan berbagai kolaborasi nyata pemerintah, pihak swasta, usaha kecil dan menengah, hingga masyarakat. Komunitas bisnis hijau juga menjadi pendorong inisiasi langkah menekan dampak perubahan iklim.

Seperti halnya Work Coffee yang mengadakan 0 % FEST dengan mengusung tema “Responsible Business in Creative Industry”. Sebagai penyelenggara, Work Coffee menerapkan prinsip minim sampah.

Dalam menjalankan bisnis hijaunya, Work Coffee tidak menggunakan berbagai macam plastik dan menjalankan ekonomi sirkular pada usahanya. 0 % FEST merupakan wadah kolaborasi untuk mempertemukan berbagai usaha dari kecil hingga besar untuk menginisiasi dan menginspirasi demi dunia yang lebih hijau.

Acara tersebut menggandeng dan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti perusahaan atau bisnis hijau yang telah mempunyai komitmen terhadap kelestarian lingkungan. Pada rangkaian acara ini, terdapat sesi talk show bersama salah satu perusahaan hijau yakni Tetra Pak Indonesia dan Kementerian Luar Negeri.

Dialog bertema “Climate Change Challenge” ini fokus pada langkah individu juga kelompok terhadap perubahan iklim yang kian mengkhawatirkan.

Sebagai pelaku usaha, pada sesi ini Tetra Pak Indonesia membagikan langkah-langkah yang sudah mereka adopsi untuk mengurangi emisi karbon pada proses produksi. Meski belum tertera pada peraturan pemerintah, Tetra Pak Indonesia sudah menggunakan energi terbarukan. Serta mengendalikan proses yang berpotensi mencemarkan lingkungan sejak tahun 2010.

Komitmen Bisnis Hijau Tetra Pak Kurangi Emisi

Sustainability Manager Tetra Pak Indonesia Reza Andreanto mengatakan, sebagai perusahaan business to business mereka menggunakan paper base sebagai bahan dasar produk. Untuk membuat produk kemasan, mereka hanya menggunakan material pohon khusus hutan tanam industri. 

Hal ini tidak mengganggu prinsip hutan lestari dan ekosistem hutan yang memang pemerintah lindungi. Hutan tanam industri juga memiliki sertifikasi yang dikelola oleh Forest Stewardship Council.

“Kategori hutan itu ada yang memang hutan ditanam untuk kita panen. Jadi Tetra Pak memilih menggunakan material pohon khusus dari memang hutan tanam industri. Kami juga memilih raw material yang kami sebut terbarukan,” jelas Reza pada sesi talk show 0 % FEST di Work Coffee Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (27/7).

Selain bahan material, Reza juga menjelaskan pengurangan emisi pada pemilihan sumber daya. Ia menyatakan, Tetra Pak mengkonversi penggunaan energi menggunakan sumber daya listrik berasal dari alam, seperti solar panel dan turbin angin. Pada tahun ini sudah hampir 80 % seluruh fasilitas produksi Tetra Pak menggunakan energi terbarukan atau renewable electricity.

Selain kedua hal tersebut, bentuk tanggung jawab yang Tetra Pak lakukan yakni memantau dan memilah kemasan karton yang sudah tidak terpakai. Lalu kemasan karton tersebut mereka kirim ke produsen daur ulang guna menghindari penumpukan sampah pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Semua bisnis pasti ada dampak baik sosial maupun lingkungan. Selama kita tahu dan sadar akan dampak tersebut dan itu adalah entitas yang coba kami pertanggung jawabkan,” ucapnya.

Jangjo Indonesia platform dan fasilitator pengelolaan sampah berpartisipasi dalam 0 % FEST. Foto: Greeners/Apriohansyah

Kejar Target Net Zero Emission 

Seluruh aksi pencegahan perubahan iklim juga tentu tidak lepas dari pengawasan pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan garda depan perubahan. Sebagai negara yang mempunyai tujuan mengurangi emisi, Indonesia berkomitmen untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Menurut Koordinator Kerja Sama Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim Kementerian Luar Negeri Noam Lazuardy, setiap negara memiliki kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda dalam menangani perubahan iklim.

Di Indonesia, kita membutuhkan sumber daya yang lebih hijau, sumber pendanaan juga dorongan dari komunitas bisnis seperti bisnis hijau. Tentunya masyarakat juga mempunyai andil besar untuk membantu menanggulangi perubahan iklim pada kehidupan sehari-hari.

“Dengan kondisi dunia yang masih terguncang pandemi. Isu perubahan iklim ini menjadi besar sehingga ekonomi hijau perlu kita dorong untuk kita implementasikan,” katanya.

Penulis : Zahra Shafira

Editor : Ari Rikin

Top