Perubahan Lahan Pengaruhi Peningkatan Nitrogen di Teluk Jakarta

Reading time: 2 menit
Peneliti BRIN meneliti perubahan nutrien dan oksigen di Teluk Jakarta. Foto: Freepik
Peneliti BRIN meneliti perubahan nutrien dan oksigen di Teluk Jakarta. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) meneliti perubahan nutrien dan oksigen di Teluk Jakarta. Hasil riset membuktikan bahwa perubahan lahan di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) mengakibatkan peningkatan nitrogen total mengalir ke teluk Jakarta.

Riset ini dilakukan oleh Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) BRIN, Iwan Ridwansyah bersama timnya. Riset bertujuan untuk memperkirakan pemuatan nitrogen dan sedimen ke Teluk Jakarta secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama.

BACA JUGA: Pangan dan Energi Masih Jadi Fokus Utama Penelitian BRIN

Pemodelan hidrologi SWAT mereka gunakan untuk menghitung besarnya muatan unsur hara akibat perubahan penggunaan lahan. Riset ini mereka lakukan pada luas area 6784,4 km2 yang meliputi area dataran tinggi di puncak Bogor, area hutan, area pertanian, dan dataran rendah. Antara lain di perkotaan seperti Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.

Berdasarkan hasil risetnya, Iwan menyebut berbagai temuan. Pertama, analisa perubahan penggunaan lahan menunjukkan bahwa lahan sawah merupakan penggunaan lahan yang dominan.
Namun, dari tahun 1990 hingga tahun 2020 luasnya mengalami penurunan karena adanya tekanan untuk kebutuhan lahan pemukiman. Bahkan, dari proyeksi penggunaan lahan pada tahun 2030, lahan sawah juga mengalami penurunan menjadi 33,2% akibat penambahan permukiman.
“Kedua, dengan melakukan simulasi menggunakan SWAT yang terkalibrasi, perubahan penggunaan lahan juga mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan dan penurunan penyerapan air yang tercermin dari penurunan nilai aliran dasar,” ujar Iwan melalui keterangan tertulis.
Peneliti BRIN meneliti perubahan nutrien dan oksigen di Teluk Jakarta. Foto: Freepik

Peneliti BRIN meneliti perubahan nutrien dan oksigen di Teluk Jakarta. Foto: Freepik

Kepadatan Penduduk Timbulkan Banyak Permasalahan

Menurut Iwan, kepadatan penduduk tertinggi ada di DKI Jakarta, kemudian Depok, Bekasi, Bogor, dan Tangerang. Kepadatan penduduk di Jabodetabek menimbulkan banyak permasalahan. Misalnya, terjadinya perubahan penggunaan lahan, penyempitan, dan memperlambat aliran sungai.
Bahkan, dampak tersebut mengakibatkan penurunan permukaan tanah, buruknya sistem drainase, dan penurunan kualitas air. Iwan juga mengatakan, air laut di Teluk Jakarta mengandung 52.156 ton silikat, 6.741 ton fosfat, dan 21.260 ton nitrogen.
Iwan menambahkan, kepadatan penduduk di Pulau Jawa cukup beragam dari 9 orang per kilometer persegi (km2) menjadi 880 orang per km2 pada tahun 1815, dengan rata-rata 35 orang per km2. Kemudian, rata-rata ini meningkat menjadi 330 orang per km2 pada tahun 1930 dan 1.000 orang per km2 pada tahun 2000. Sementara, pada tahun 2023 mencapai 14,464 orang per km2.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top