Pangan dan Energi Masih Jadi Fokus Utama Penelitian BRIN

Reading time: 2 menit
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pada gelaran Highlight Riset dan Inovasi 2023. Foto: Dini Jembar Wardani
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pada gelaran Highlight Riset dan Inovasi 2023. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Pangan dan energi merupakan dua bidang yang masih menjadi fokus utama penelitian Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Hal itu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk hilirisasi kedua bidang tersebut yang bersumber dari sumber daya alam (SDA) lokal Indonesia.

“Kami memang diminta fokus untuk melakukan riset dan inovasi yang basisnya SDA lokal untuk hilirisasi, untuk meningkatkan kedaulatan pangan (termasuk kesehatan) dan energi (termasuk lingkungan hidup). Keduanya membutuhkan dukungan riset dan inovasi yang sangat tinggi,” ujar Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pada gelaran Highlight Riset dan Inovasi 2023 di Jakarta, Kamis (28/12).

BACA JUGA: BRIN dan Kementan Kerja Sama Perkuat Ekosistem Pangan

Lebih lanjut, dia merinci sebanyak 2388 judul riset yang BRIN lakukan selama 2023. Sebanyak 218 judul di antaranya bidang pangan dan 220 judul di bidang energi.

Dalam cluster kedaulatan pangan, ada ratusan riset yang telah BRIN lakukan. Riset tersebut antara lain pemanfaatan tepung ikan teri (Stolephorus sp.) dalam produk mie berbasis pati sagu untuk anak penderita stunting, perbanyakan klonal kelapa sawit, dan perakitan varietas unggul ubi kayu dengan metode induksi mutasi sinar gamma.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pada gelaran Highlight Riset dan Inovasi 2023. Foto: Dini Jembar Wardani

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pada gelaran Highlight Riset dan Inovasi 2023. Foto: Dini Jembar Wardani

Publikasi Riset Lingkungan Paling Banyak Dilakukan

Sementara itu, sepanjang 2023 riset yang paling banyak BRIN publikasikan ialah riset lingkungan. Sebanyak 266 judul di bidang lingkungan berkelanjutan dan 156 judul untuk bidang kedaulatan kesehatan.

Di sisi lain, terdapat bidang yang terkait dengan aspek ekonomi dan juga masalah sosial masyarakat. Sementara, bidang transisi menuju ekonomi berbasis pengetahuan merupakan riset yang langsung mendukung bisnis (product development). Begitu pula mengenai bidang keanekaragaman terkait dengan penemuan, spesies baru, manuskrip, dan artefak.

“Itu sebabnya kami memperkuat aktivitas arkeologi dengan membuat situs-situs ekskavasi baru di berbagai daerah,” ujarnya.

Publikasi Bereputasi Global Meningkat

Sepanjang 2023, publikasi bereputasi global yang BRIN hasilkan meningkat dari tahun sebelumnya. Sampai 25 Desember 2023, publikasi bereputasi global sebanyak 4.633. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, sebab tahun lalu hanya menghasilkan sebanyak 3.252 publikasi.

“Publikasi itu penting menjadi titik awal, karena riset tanpa publikasi tidak mungkin. Itu untuk membuktikan bahwa risetnya secara saintifik proven, baru kemudian kita masuk ke kekayaan intelektual seperti paten dan lisensi,” tambah Handoko.

Sepanjang 2023, BRIN juga telah melakukan kesepakatan kerja sama dengan 81 institusi global yang meliputi lembaga pemerintah, perguruan tinggi, organisasi internasional, dan private sector yang tersebar di 18 negara. Hal ini, menurut Handoko, penting untuk penguatan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia.

BACA JUGA: Peneliti BRIN Temukan Katak Oreophryne Jenis Baru di Sulawesi

“Mengapa menjadi bagian dari penguatan ekosistem? Kampus (perguruan tinggi) kalau langsung berkolaborasi dengan mitra luar negeri itu berat, karena apa? Karena dukungannya kurang kuat, daya tawarnya kurang kuat,” imbuh Handoko.

Oleh sebab itu, infrastruktur menjadi hal yang paling utama dalam penelitian dan membuat BRIN menjadi jauh lebih kuat. Menurut Handoko, infrastruktur menjadi ekosistem riset paling mendasar.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top