Kendaraan Berbahan Bakar Hidrogen Mulai Dipasarkan

Reading time: 3 menit
Foto: miraifcv.com

Kendaraan dengan bahan bakar hidrogen memang tidak murah namun terus dikembangkan oleh beberapa produsen mobil, diantaranya Toyota. Meski Toyota hanya akan memproduksi beberapa ratus unit di seluruh dunia dengan harga yang tidak murah, namun salah satu produsen mobil terbesar asal Jepang ini sudah memulai langkah dalam pasar kendaraan bebas emisi dengan bahan bakar hidrogen yang tidak pasti.

Toyota mengumumkan akan mulai memasarkan kendaraan ini di Jepang pada 15 Desember 2014, dan di Amerika Serikat dan Eropa pada pertengahan tahun 2015.

Tampilan sporty dengan empat pintu, Toyota Mirai akan dibanderol dengan harga US$ 57.600 atau sekitar 702,7 juta rupiah (kurs US$ 1 = Rp 12.200) per unit, belum termasuk pajak. Perusahaan Toyota Motor berharap dapat menjual sebanyak 400 unit di Jepang dan 300 unit di seluruh dunia pada tahun pertama pemasarannya.

Kendaraan berbahan bakar sel dijalankan dengan gas hidrogen yang dikompres, yang mana pada Mirai bahan bakar tersebut disimpan dalam dua tangki yang dipasang di bawah kendaraan. Kendaraan ini tidak memancarkan gas buang, meskipun bahan bakar fosil digunakan untuk memproduksi hidrogen dan untuk mengompres gas tersebut.

Baik Honda maupun Hyundai juga bereksperimen dengan penjualan terbatas dan menyewakan mobil dengan bahan bakar sel.

Terpisah dari harganya yang relatif mahal, pembeli juga harus bersaing untuk mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan ini. Di seluruh dunia hanya ada sedikit stasiun pengisian bahan bakar hidrogen yang sudah dibangun.

Ini adalah masa depan yang belum pasti, karena tergantung apakah produsen mobil dapat menurunkan harga jual dan jaringan stasiun pengisian bahan bakar hidrogen dibangun cukup banyak.

Foto: miraifcv.com

Foto: miraifcv.com

Deputy Chief Engineer untuk pengembangan kendaraan generasi mendatang Toyota, Yoshikazu Tanaka, mengatakan bahwa dirinya mengharapkan 10 hingga 20 tahun mendatang Mirai dapat mencapai angka penjualan 10 ribu kendaraan dalam satu tahun.

Ketika ditanyakan apakah target tersebut beresiko, Tanaka membenarkan. Namun dirinya menyatakan bahwa hal tersebut merupakan tantangan bagi Toyota. Ibarat situasi telur dan ayam, ia mengatakan, bahwa bila menganggap situasi ini terlalu beresiko dan tidak mencoba melangkah maju dengan mempoduksinya, maka stasiun pengisian bahan bakar hidrogen tidak akan pernah bertambah.

Toyota juga menghadapi situasi yang sama dengan mobil hybrid yang berbahan bakar campuran listrik dan bensin, Prius, yang kini meraih angka penjualan yang cukup besar.

“Sangat menantang saat pertama kali kami memperkenalkan Prius atau mobil hybrid di tahun 1997,” ujarnya pada sebuah wawancara di Tokyo seperti dilansir dalam laman The Guardian (18/11/2014).

Ia juga menambahkan, “Ini merupakan tantangan yang lebih besar saat ini karena tidak ada infrastruktur dan kami mencoba untuk memimpin penjualan mobil berbahan bakar sel.”

Toyota membuat tampilan yang futuristik untuk interior dan eksterior mobil ini. Dalam bahasa Jepang, Mirai berarti “masa depan” dan membuatnya semenarik mungkin untuk menarik pembeli. Tanaka mengungkapkan, mobil ini terbilang cukup cepat dengan akselerasi 40 hingga 70 kilometer per jam.

Pemasaran mobil ini akan dibatasi pada daerah perkotaan yang memiliki stasiun pengisian bahan bakar hidrogen. Selain itu, para pembeli pertama diharapkan adalah orang-orang yang ingin mengurangi jejak karbon dan pemerintah serta perusahaan yang ingin “go green.”

Mirai dapat berjalan sejauh 650 hingga 700 kilometer bila dua tangki penyimpanan hidrogennya terisi penuh. Saat ini, bahan bakar hidrogen mungkin lebih mahal dari bensin karena jumlah konsumennya yang masih sedikit, namun seiring waktu Toyota berharap akan lebih murah mengendarai mobil dengan hidrogen ketimbang bensin.

(G08)

 

Top