Pengaruh Polar Vortex Split Pada Kondisi Cuaca Indonesia

Reading time: 3 menit
vortex split
Pengaruh Polar Vortex Split Pada Kondisi Cuaca Indonesia. Foto: Shutterstock.

Lonjakan suhu yang dramatis terjadi di dataran tinggi Kutub Utara yang biasanya sangat dingin. Peristiwa pemanasan stratosfer yang tiba-tiba ini, membuat para ahli mengatakan kemungkinan adanya dampak yang berpotensi signifikan pada cuaca musim dingin. Terkhusus, di belahan utara bumi yang akan berlangsung selama berminggu-minggu bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Peristiwa pemanasan stratosfer dapat mempengaruhi terpisahnya pusaran kutub atau polar vortex split.

Jakarta – (Greeners) Polar vortex split dapat juga berpengaruh terhadap beberapa negara di Asia seperti Cina bagian utara karena massa udara dingin yang masuk ke wilayah Eropa juga dapat masuk pada sebagian wilayah Cina. Melalui surat elektronik, Greeners mewawancarai Dr. Donaldi S. Permana, pakar paleoklimatologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang pengaruh fenomena ini di Tanah Air.

Menurut Dr. Donaldi, polar vortex split tidak langsung berdampak pada wilayah di khatulistiwa atau ekuator, khususnya Indonesia karena aliran udara dingin tidak akan sampai wilayah Indonesia. Hal ini karena Siberia menghangat, maka aliran massa udara dingin ke selatan menuju khatulistiwa berkurang.

“Fenomena aliran udara dingin dari Siberia menuju ekuator Indonesia terkenal dengan nama ‘seruak dingin (Cold Surge) Siberia (Asia)’ yang terjadi pada bulan Desember sampai Februari dan dapat berdampak pada peningkatan curah hujan dan risiko banjir, khususnya di Jakarta,” tutur Dr. Donaldi.

Dia menyampaikan, para ahli menduga seruak dingin Siberia menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta pada awal tahun 2007, 2013 dan 2020. Secara tidak langsung, polar vortex “menguntungkan” Indonesia khususnya Jakarta untuk sesaat karena curah hujan kurang dan risiko banjir Jakarta lebih rendah.

“Akan tetapi pada jangka panjang, curah hujan tinggi dan risiko banjir tetap harus diwaspadai pada bulan Desember-Februari karena merupakan periode musim hujan di beberapa wilayah di Indonesia,” terangnya.

Kaitan Polar Vortex Split dengan Perubahan Iklim

Lebih jauh, Dr. Donaldi menjelaskan polar vortex terjadi tiap tahunnya dengan intensitas yang berbeda-beda. Para ilmuwan pun masih mendebatkan apakah fenomena ini berkaitan dengan perubahan iklim.

“Namun, apakah perubahan iklim berdampak terhadap peningkatan frekuensi kejadian polar vortex split, hal ini masih dalam perdebatan dan menjadi topik penelitian yang berkembang,” ujar Dr. Donaldi.

Sebagai informasi, beberapa penelitian atau mekanisme yang mengaitkan perubahan iklim dengan fenomena ketidakstabilan polar vortex, yaitu:

  • Peningkatan suhu bumi mengakibatkan Jet Stream, aliran udara cepat, sempit dan berkelok-kelok di atmosfer, yang mengalir di Amerika Utara dan Eropa semakin melambat dan bergelombang. Jet stream berinteraksi dengan polar vortex membantu membawa aliran udara dingin kutub semakin ke selatan.
  • Peningkatan suhu udara mengakibatkan pengurangan luas es laut (sea ice) di Arctic (Kutub Utara). Hal ini berasosiasi dengan penyerapan panas oleh laut yang berada di bawahnya pada saat musim panas (summer). Pada saat musim dingin (winter), panas tersebut lepas ke atmosfer yang memicu perbedaan tekanan udara dan aliran angin yang dapat mengganggu kestabilan polar vortex.
vortex split

Kondisi banjir Jakarta 2013. Foto: Shutterstock.

Polar Vortex Split dan Proses Terjadinya

Polar vortex adalah suatu fenomena atmosfer berupa aliran udara dingin bertekanan rendah. Ia berputar di wilayah kutub utara (dan selatan) Bumi. Aliran udara ini berputar berlawanan arah jarum jam (counter clockwise) dan pada kondisi stabil, aliran udara berbentuk lingkaran.

Polar vortex biasanya terjadi secara konstan di sekitar kutub utara (Arctic). Ini menyebabkan suhu udara yang sangat dingin bisa mencapai -25 s/d -45 °C (below zero). Bila kandungan uap air di udara cukup tinggi dapat mengakibatkan badai salju yang cukup tebal.

Pada kondisi tertentu, polar vortex dapat menjadi tidak stabil dan bentuknya bergelombang, sehingga aliran udara dingin melebar dan memasuki daerah lintang menengah (mid-laltitude) (~40 °LU). Bahkan, menyebabkan Polar vortex split atau pemisahan Polar vortex. Ini merupakan kondisi seolah terdapat 2 pusat polar vortex yang biasanya berada di Amerika bagian utara dan Eropa.

Biasanya, fenomena Polar vortex split terjadi karena adanya peningkatan suhu udara pada lapisan udara atas (stratosfer) di atas Siberia, Rusia yang menyebabkan polar vortex menjadi tidak stabil dan berbentuk gelombang.

Seperti yang terjadi pada minggu pertama Januari 2021, suhu udara stratosfer diatas Siberia meningkat dari -68 °C menjadi -13°C yang dikenal dengan “pemanasan stratosfer secara tiba-tiba” (sudden stratospheric warming).

Disrupsi massa udara hangat tersebut menggangu stabilitas polar vortex sehingga polar vortex menjadi tidak stabil dan mulai terjadi split massa udara dingin ke wilayah Amerika Utara dan Eropa.

Baca juga: Mencairnya Lapisan Es Kutub Pengaruhi Cuaca Global

Dampak di Amerika Utara dan Eropa

Polar vortex split khususnya berdampak pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat utamanya yang berada di Midwest dan Northeast yang merasakan musim dingin (winter, Desember – Februari) yang lebih dingin dan badai salju tebal dari kondisi normalnya.

Hal yang sama juga terasa oleh beberapa negara di Eropa yang berada di lintang menengah, seperti Spanyol, Perancis, dan lainnya. Setelah terjadi split, kondisi ekstrem dingin akan terjadi dalam waktu 1-2 minggu dan dapat berlangsung dalam beberapa minggu kemudian.

Penulis: Agnes Marpaung

Editor: Ixora Devi

Referensi:

Washington Post

Top