Pimpinan Delegasi Philipina Mogok Makan Selama Perundingan COP 19

Reading time: 2 menit

Warsawa  (Greeners) – Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) ke-19 dari Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) saat ini tengah berlangsung di Warsawa, Polandia pada 11 – 22 November 2013.

Salah satu topik yang mendominasi sesi pembukaan adalah ketika pimpinan delegasi Philipina Yeb Sano menyampaikan sebuah pernyataan yang menyentuh persis setelah proses pemberian penghormatan atas bencana badai yang tengah melanda Philipina.
Sano mengumumkan bahwa ia akan melaksanakan puasa selama COP berlangsung hingga berakhir dua minggu kedepan dan sampai sebuah kesepakatan yang substansial tercapai untuk membantu Negara Negara yang tengah berjuang melawan dampak perubahan iklim.

“Sebagai sebuah bentuk solidaritas kepada saudaraku yang tengah berjuang dari kelaparan berhari-hari, saya saat ini menyatakan untuk secara sukarela berpuasa demi iklim. Ini artinya saya tidak akan makan makanan apapun selama COP berlangsung dan sebuah kesepakatan yang berarti lahir dari forum ini” tegasnya. Pernyataan ini langsung mendapatkan perhatian dan penghormatan berupa standing applause dari perwakilan 195 negara yang hadir.

Dalam sebuah pernyataan media, salah satu anggota delegasi Philipina Dr Alicia Ilaga menyampaikan bahwa dampak dari perubahan iklim telah menjadi sebuah kenyataan pahit di negaranya. Bahkan sejak sebelum pertemuan yang sama tahun 2012 di Doha, Philipina telah mengalami serangan badai kategori lima yang menewaskan 1000 orang .  Dan tahun ini sebelum konferensi di Warsaw berlangsung, kembali sebuah badai kategori lima menyerang Philipina yang diprediksi menewaskan hampir 10.000 orang.

“Kami telah mengalami 22 badai besar tahun ini. Kami tidak sanggup menghadapi ini sendiri. Kami juga bukan penyebab dari bencana ini. Seharusnya kami adalah Negara berkembang yang beradaptasi terhadap perubahan iklim, akan tetapi menghadapi peristiwa ini semua diluar kemampuan kami. Kami berharap kepada seluruh Negara yang hadir saat ini bisa turut merasakan kehilangan dan kehancuran hati kami.” pungkas Ilaga.

Indonesia turut berpartisipasi dalam perundigan ini dengan mengirimkan tim Delegasi Republik Indonesia (Delri) yang dipimpin oleh Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim Rachmat Witoelar.

“Indonesia mengharapkan kesepakatan 2015 akan mencerminkan komitmen yang lebih kuat dari semua pihak untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi yang kongkrit dan ambisius, dengan panduan aturan dari UNFCCC, dan berlandaskan pada prinsip keadilan dan tanggung jawab bersama yang dilaksanakan secara berbeda-beda sesuai kontribusi emisi gas rumah kaca dan kemampuan masing-masing,” kata Rachmat Witoelar yang juga merupakan Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). (G03)

Via Paul Brown Climate News Network

Top