Walhi: Proyek Panas Bumi Ancam Sumber Mata Air

Reading time: 2 menit
proyek panas bumi
Panas bumi. Ilustrasi: pixabay.com

MALANG (Greeners) – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur meminta pemerintah mengkaji ulang terkait rencana eksplorasi panas bumi di beberapa gunung di Indonesia, termasuk belasan gunung di Jawa Timur. Direktur Eksekutif Walhi Jatim Rere Christanto menyatakan, proyek panas bumi harus dikaji lagi secara mendalam sebelum dilaksanakan.

“Panas bumi dalam praktiknya membutuhkan air dengan jumlah besar untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin,” kata Rere saat dihubungi Greeners, Selasa (08/11).

Menurut Rere, di kawasan Jawa Timur ada belasan wilayah usaha pertambangan untuk panas bumi seperti di Gunung Lawu, Arjuno-Welirang, Bromo, Lemongan, Wilis, Ijen, dan beberapa gunung lainnya. Kawasan gunung ini merupakan tempat-tempat yang menjadi pusat sumber-sumber mata air dan dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar gunung tersebut. “Penggunaan air dalam jumlah besar pasti mematikan sumber mata air,” ujarnya.

BACA JUGA: DPR RI Usulkan Pembentukan BUMN Khusus Panas Bumi

Rere menegaskan, meski pemerintah berdalih bahwa panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang lebih baik dari batu bara, namun pelaksanaannya perlu dikaji lebih mendalam terkait potensi kerusakan sumber mata air dan potensi gesekan sosial dengan masyarakat sekitar serta dampak amblesan tanah.

Masyarakat yang berada di sekitar gunung yang menjadi lokasi rencana proyek eksplorasi panas bumi, lanjutnya, juga menolak proyek tersebut. Seperti yang dilakukan masyarakat di sekitar Gunung Lemongan, Lumajang, dan warga sekitar Gunung Lawu.

Di Lawu, proyek panas bumi disayangkan oleh sebagian besar masyarakat di lereng Gunung Lawu. Warga menilai, selama ini Gunung Lawu merupakan gunung yang disakralkan oleh masyarakat yang bermukim di lereng Lawu, baik yang masuk wilayah Jawa Timur maupun Jawa Tengah.

BACA JUGA: Pengembangan Panas Bumi, KLHK dan ESDM Harus Bekerjasama

Salah satu tokoh masyarakat Ngargoyoso, Karanganyar, Joko Sunarto menyampaikan, warga sekitar Lawu sangat menjunjung tinggi kearifan lokal yang sudah turun-temurun. Berbagai jenis tanaman obat juga banyak ditemukan di Lawu serta beragam flora dan fauna.

Joko menyarankan rencana eksplorasi Lawu dibatalkan karena saat ini Lawu tengah dalam masa pemulihan pasca kebakaran hebat beberapa waktu lalu. Selain itu, kata Joko, Gunung Lawu memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitarnya.

“Sumber airnya menghidupi warga di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keberadaan Lawu harus tetap dijaga,” kata Joko.

Menurutnya, air merupakan sumber utama kehidupan dan proyek panas bumi pasti membutuhkan air yang tidak sedikit. “Kekeringan akan mengancam wilayah sekitar Lawu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Pertamina Geothermal Energy (PGE) memenangkan lelang pengelolaan wilayah kerja panas bumi (WKP) Gunung Lawu senilai 165 megawatt (MW). Hal ini secara resmi telah diumumkan dalam Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Tahap Kedua Pelelangan WKP Gunung Lawu yang ditetapkan pada tanggal 23 Desember 2015 lalu. Pemerintah menargetkan PLTPB di Gunung Lawu dapat beroperasi pada tahun 2020.

Penulis: HI/G17

Top