Angkis Ekor Panjang, Kerabat Landak yang Seperti Tikus

Reading time: 2 menit
Angkis ekor panjang aktif pada malam hari dan istirahat (tidur) di dalam liang pada siang hari. Foto: Inaturalist

Landak atau angkis ekor panjang dikenal juga dengan nama ilmiah Trichys fasciculata. Berasal dari famili Hystricidae dan berkerabat dengan landak jawa (H. Javanica), landak raya (H. brachyura), landak butun (H. crassispinis).

Angkis ekor panjang adalah satu-satunya hewan dari genus Trichys. Mereka aktif pada malam hari dan istirahat (tidur) di dalam liang pada siang hari.

Selain itu, angkis merupakan yang terkecil dibandingkan dengan landak yang lainnya. Bahkan penampilannya lebih mirip dengan tikus berduri.

Morfologi dan Ciri-ciri Umum

Berat tubuh landak ini berkisar antara 7,1 kg hingga 2,3 kg dengan panjang tubuh total dari kepala hingga ujung ekor mencapai 48 cm. Panjang ekornya sendiri bisa mencapai 23 cm.

Angkis dapat melepaskan ekornya ketika merasa terancam bahaya, hal ini bertujuan untuk menyelamatkan diri dengan mengelabui predatornya. Namun sayangnya, setelah ekor terlepas mereka tidak akan tumbuh kembali.

Selain itu, landak ini memiliki empat jari pada kaki depan dan lima jari pada kaki belakang. Mereka juga merupakan pemanjat yang baik karena memiliki cakar yang lebar. Tubuhnya berwarna hitam atau cokelat pada bagian atasnya dan berwarna putih di bagian bawahnya.

Seluruh tubuhnya ditutupi duri pipih berwarna cokelat tua yang ujungnya berwarna putih, kecuali bagian kepala dan bagian bawahnya yang ditutupi rambut. Uniknya, tidak ada duri di tubuhnya yang berukuran panjang lebih dari 5 cm.

Habitat dan Distribusi Angkis ekor panjang

Angkis ekor panjang dapat kita temukan di berbagai kondisi habitat seperti hutan dataran rendah dengan berbagai tipe (primer, sekunder, tepi hutan) hingga ketinggian 900 meter, dan area budi daya. Satwa endemik Asia Tenggara ini dapat kita temukan di Indonesia (Kalimantan dan Sumatra), dan Malaysia.

Diburu untuk Dikonsumsi

Di habitat aslinya, angkis ekor panjang menghadapi ancaman berupa kerusakan habitat dan perburuan untuk dikonsumsi. Meskipun begitu, perburuan tersbut tidak berdampak besar pada jumlah populasinya. IUCN sendiri masih mengategorikan angkis ekor panjang ke dalam least concern atau kurang diperhatikan. Selain itu, di Indonesia satwa ini tidak pemerintah lindungi.

Taksonomi Angkis ekor panjang

Penulis : Anisa Putri

Editor : Ari Rikin

Top