Buah Ackee, Makanan Nasional Jamaika yang Ternyata Beracun

Reading time: 2 menit
Meski beracun, buah ini mengandung karbohidrat, protein dan lemak. Foto: Shutterstock

Pohon ini menghasilkan buah nikmat yang mempunyai beragam manfaat. Pertumbuhannya sendiri bersifat endemis, sebab hanya bisa dijumpai di Afrika. Inilah pohon buah ackee, flora identitas Jamaika yang ternyata mengandung racun.

Ackee atau dikenal juga sebagai ankye, achee, akee dan aye, merupakan tanaman penghasil soapberry yang tergabung ke dalam ordo Sapindales, famili Sapindaceae dan genus Blighia.

Nama generanya sendiri adalah bentuk penghormatan bagi William Bligh. Beliau merupakan orang pertama yang memperkenalkan buah ankye ke dataran Eropa, yakni pada tahun 1793.

Secara klasifikasi, flora dengan nama ilmiah Blighia sapida itu masih berkerabat dengan spesies lengkeng. Karakteristik buahnya juga mirip; tersedia biji hitam di balik daging buah tersebut.

Morfologi dan Ciri-Ciri Pohon Buah Ackee

Pohon ackee dapat kita kenali dari daunnya yang selalu terlihat hijau. Tumbuhan ini berbiak sampai setinggi 10 meter, dengan batang yang pendek namun memiliki mahkota yang lebat.

Daunnya sendiri bersifat paripinnate; berbentuk menyirip dan berjumlah genap. Panjangnya antara 15–30 cm, terdiri dari 6–10 lembaran per tangkai dengan bentuk elip sampai lonjong.

Satu lembar daun ackee memiliki panjang 8–12 cm dan lebar 5–8 cm. Bunganya harum serta berkelamin tunggal, mekar selama bulan-bulan hangat dengan panjang mencapai 10–20 cm.

Masing-masing bunga punya lima bagian kelopak dengan warna putih kehijauan. Sedangkan buahnya berbentuk seperti pir dengan tiga lobus, serta berwarna oranye saat sudah matang.

Selain warna, bentuk kematangan buah ackee juga dapat kita lihat dari permukaannya yang terbuka. Di dalamnya terlihat tiga biji hitam yang menutupi salut biji berwarna kuning muda.

Distribusi dan Pemanfaatan Pohon Buah Ackee

Pohon ackee secara spesifik berasal dari wilayah Afrika Barat seperti Benin, Gambia, Guinea, Ghana, Liberia, Mali, Niger, Nigeria, Pantai Gading, Burkina Faso, Sierra Leone, sampai Togo.

Bibitnya diimpor ke wilayah Jamaika hingga menjadi makanan favorit masyarakat setempat. Di negara tersebut, buah pohon ini diakui sebagai buah nasional dan hidangan resmi negara.

Hidangan ackee yang paling populer di sana, ialah ackee rebus yang disajikan dengan asinan ikan cod. Buah ini juga dapat digoreng atau dimasukkan ke dalam rebusan, kari, sampai sup.

Tidak cuma dimasak, buah ackee juga dapat dikonsumsi secara langsung. Bagian yang dapat dimakan dari buah ini adalah dagingnya, sedang bagian yang beracun terdapat pada bijinya.

Ackee kalengan merupakan komoditas ekspor dari negara Jamaika. Bunganya dimanfaatkan sebagai dekorasi atau cologne, sedangkan kayunya berguna sebagai bahan baku konstruksi.

Kandungan dan Toksisitas Buah Ackee

Meski beracun, buah ackee sebenarnya mengandung karbohidrat, protein dan lemak yang dibutuhkan oleh manusia. Bahkan, jenis buah ini tergolong kaya vitamin C serta antioksidan.

Karena itu, mengonsumsi ackee ahli percaya ampuh meningkatkan daya tahan tubuh hingga menurunkan demam. Kandungannya bahkan bisa menurunkan disentri, epilepsi dan edema.

Racun yang ada di dalam buah ini termasuk dalam golongan hypoglycin. Racun tersebut bisa menyebabkan mual dan muntah akut, serta membuat orang koma sampai meninggal dunia.

Namun sama seperti umbi gadung di Indonesia, racun hypoglycin bisa dinetralisir jika diolah secara benar. Buah ini harus dibersihkan serta dicuci sampai bersih sebelum dapat dimakan.

Ackee kemudian direbus selama kurang lebih 5 menit, lalu airnya dibuang dan diolah sesuai selera. Selain itu toksisitas buah ini diyakini berkurang, jika permukaannya sudah menganga.

Taksonomi Spesies Blighia Sapida

Penulis : Yuhan al Khairi

Top