Burung Pitohui, Salah Satu Burung Beracun dari Tanah Papua

Reading time: 2 menit
Burung pitohui mendapatkan racun dari kumbang melyrid kecil yang menjadi makanannya. Foto: Inaturalist

Tahukah kamu ada burung yang memiliki racun di bulunya? Dia adalah burung pitohui kepala hitam atau Pitohui dichrous merupakan salah satu dari sedikit spesies burung beracun yang diketahui. Burung yang berasal dari famili Colluricinclidae ini dikenal memiliki bulu yang beracun bagi manusia ataupun hewan.

Para pemburu lokal telah mengetahui sifat beracun burung ini. Mereka sudah pasti menghindar dari burung ini. Burung pitohui merupakan salah satu spesies yang paling beracun, namun tingkat toksisitasnya dapat bervariasi bergantung letak geografisnya.

Morfologi dan Ciri-ciri Umum

Burung ini tubuhnya berukuran panjang 22 hingga 23 cm dengan bobot tubuh sekitar 65 hingga 76 gram saja. Pitohui dewasa memiliki sayap atas, kepala, dagu, tenggorokan, dan bagian dada atas berwarna hitma serta ekornya juga berwarna hitam.

Sedangkan bagian tubuhnya yang lain berbulu kastanye. Sementara itu, bagian paruh dan kakinya berwarna hitam dengan bagian iris mata berwarna cokelat kemerahan, cokelat tua, atau hitam.

Tidak ada dimorfisme seksual pada burung pitohui, di mana burung jantan dan betinanya terlihat sama saja. Saat remaja, ekor dan sayap burung ini akan berwarna cokelat.

Suatu penelitian, menyebutkan burung pitohui mendapatkan racun dari kumbang melyrid kecil yang menjadi makanannya. Meskipun begitu, burung ini juga memakan buah-buahan, terutama buah ara, biji rumput, beberapa serangga seperti kumbang, laba-laba, lalat, ulat, dan semut.

Habitat dan Distribusi Burung pitohui

Burung ini dapat kita temukan di hutan hujan, hutan bakau, daerah perbukitan dan pegunungan rendah. Distribusinya hanya ada di Indonesia (Papua) dan Papua Nugini.

Mengapa Bulunya Beracun?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, burung pitohui mendapatkan racun pada bulunya dari kumbang yang ia makan. Selain terdapat di bulu, racun ini juga ada pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.

John Daly, seorang ahli kimia di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, menyebutkan ia telah menemukan keberadaan batrachotoxins – alkaloid steroid neurotoksik yang sangat kuat pada bulu pitohui.

Jika dalam dosis tinggi, dapat menyebabkan kelumpuhan, serangan jantung, dan kematian pada katak panah beracun kecil di Amerika Selatan. Di samping itu, efek yang manusia rasakan jika terkena racun tersebut ialah keram dan rasa terbakar.

Racun ini pitohui gunakan untuk mendapatkan mangsanya serta melindungi diri dari predator. Oleh sebab itu populasinya di alam masih stabil menurut IUCN dan tidak terancam punah dengan status konservasi sedikit perhatian atau least concern.

Taksonomi Burung pitohui

Penulis : Anisa Putri S

Editor : Ari Rikin

Top