Kagu, Si “Hantu Hutan” Pemilik Nasal Corns

Reading time: 2 menit
Jambul dari burung ini kerap menjadi hiasan kepala suku. Foto: Inaturalist

Kagu (Rhynochetos jubatus) merupakan burung jambul berkaki panjang dan berwarna abu-abu kebiruan endemik hutan pegunungan Kaledonia Baru. Suku Kanak di sekitar Houaïlou menyebut spesies ini sebagai “hantu hutan”.

Spesies ini bersifat teritorial dengan mempertahankan wilayahnya sepanjang tahun sekitar 25 hingga 69 hektare. Mereka memiliki kelompok berbasis klan dengan keluarga yang terdiri dari satu induk betina dan satu hingga tiga jantan.

Burung ini merupakan satu-satunya spesies burung yang memiliki nasal corns, struktur kecil di atas bukaan hidung. Ini berfungsi mencegah debu dan partikel lain memasuki hidung.

Mereka berperanan penting dalam kehidupan tradisional suku di sekitar Hienghène, Kaledonia Baru. Jambul Kagu, mereka gunakan untuk hiasan kepala suku. Siulannya ada dalam tarian perang dan dianggap sebagai pesan untuk para kepala suku tafsirkan.

Morfologi dan Ciri-ciri Umum 

Burung berjambul ini berwarna abu-abu pucat kebiruan dan berukuran 55 sentimeter. Kakinya panjang dan berwarna merah cerah.

Kagu menghabiskan banyak waktu untuk mencari mangsanya di sekitar tanah.
Berat spesies ini sangat bervariasi sesuai dengan individu dan musim, mulai dari 700 hingga 1.100 gram.

Mereka hampir tak bisa terbang tapi mereka memanfaatkan sayapnya untuk bergerak cepat melalui hutan. Ini berfungsi agar mereka bisa meluncur saat melarikan diri dari bahaya.

Memiliki mata yang besar dan diposisikan sedemikian rupa sehingga mengesankan layaknya teropong. Ini memudahkan dalam menemukan mangsa di serasah daun dan dalam kegelapan hutan.

Karakteristik unik lainnya dari spesies ini adalah hanya memiliki sepertiga lebih banyak sel darah merah dan tiga kali lebih banyak hemoglobin per sel darah merah dibanding burung pada umumnya.

Habitat dan Distribusi Penyebaran Kagu

Spesies ini merupakan endemik di hutan Kaledonia Baru. Secara generalis, mereka mampu hidup di berbagai jenis hutan yang berbeda seperti hutan hujan hingga hutan dataran rendah yang lebih kering.

Mereka juga dapat mencari makan di beberapa semak kering yang terkait dengan batuan ultrabasa di pulau itu. Kadang mereka juga ada di sekitar padang rumput atau daerah dengan tutupan pakis yang tinggi

Perilaku Kagu

Selain memiliki kelompok berbasis klan, anak laki-laki juga membantu mempertahankan klaim teritorial orang tua mereka.

Namun kelompok ini telah terganggu dalam beberapa tahun terakhir karena serangan anjing dan keluarga. Jantan atau betina yang telah dibunuh memicu perilaku poliandri non persaudaraan.

Taksonomi Kagu (Rhynochetos jubatus)

Penulis: Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Top