Kiwa hirsuta, Kepiting Laut Dalam yang Buta dan Berbulu

Reading time: 2 menit
Capit berbulunya mengandung banyak bakteri yang diduga untuk mendetoksifikasi mineral beracun dari air. Foto: i.pinimg.com

Pernah mendengar legenda mengenai yeti? Makhluk tinggi besar dan berambut lebat yang pertama kali dilaporkan penemuannya oleh seorang ilmuwan pada tahun 1832 di Himalaya. Selain yeti yang dianggap makhluk misterius, di kedalaman laut Pasifik Selatan, ditemukan adanya krustase berbulu (setae) yang dianggap berpenampilan seperti yeti. Hewan seperti lobster atau kepiting ini dikenal dengan nama kepiting yeti (Kiwa hirsuta).

Berasal dari famili Kiwaidae yang salah satu kerabatnya ialah kepiting Kiwa puravida yang dikenal juga sebagai kepiting “bertani” di laut dalam.

Ditemukan pertama kali oleh para ilmuwan yang tergabung dalam Ekspedisi Penelitian PAR 5 di sebuah situs hidrotermal pada kedalaman 2.300 meter pada bulan Maret-April 2005. Melansir dari Census of Marine Life, kepiting yeti ini belum pernah ditemukan sebelumnya dalam 30 tahun lebih eksplorasi lubang hidrotermal.

Kiwa hirsuta, Memiliki Capit Berbulu

Tubuh (cangkang) kepiting yeti berwarna putih dengan panjang sekitar 15 cm. Kedua lengan capitnya ditutupi oleh banyak helaian setae (bulu pada parapodia). Selain itu, kepiting yeti tidak memiliki mata (sangat kecil) namun memiliki sisa-sisa selaput mata.

Hal ini merupakan bentuk adapatasi mereka terhadap kondisi habitat yang sangat gelap dan tidak terkena sinar matahari sama sekali. Permukaan punggungnya halus dan dilengkapi dengan setae yang halus dan jarang.

Capit berbulunya mengandung banyak bakteri yang diduga untuk mendetoksifikasi mineral beracun dari air, sehingga memungkinkan K. hirsuta bertahan hidup di sekitar ventilasi hidrotermal. Selain itu, para ilmuwan juga menduga kepiting yeti memakan bakteri tersebut untuk bertahan hidup. Mereka juga sebagai hewan karnivora, yang memangsa udang dan kerang.

Mendiami Ventilasi Hidrotermal

Ditemukan mendiami zona basal yang mengelilingi ventilasi hidrotermal aktif di kedalaman 2.000 meter. Mereka teramati berada di tiga lokasi hidrotermal yang tersebar dihampir 1,5 km di sepanjang Punggungan Pasifik-Antartika.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan ventilasi hidrotermal yang menjadi habitat para kepiting yeti? Jawabannya, ventilasi hidrotermal merupakan area yang terbentuk ketika larva panas naik ke atas permukaan di bawah dasar laut, sehingga menyebabkan kerak bumi terbelah.

Cairan yang keluar tersebut, membawa mineral yang kaya akan logam dan belerang. Yang mana dapat disintesis oleh bakteri untuk mendukung keberlangsungan ekositem hewan laut dalam.

Umumnya, krustase besar seperti kepiting dan lobster tidak menyukai perairan yang dingin seperti Antartika. Namun, perairan sekitar ventilasi hidrotermal menyediakan “air hangat” yang disukai kepiting yeti. Sehingga dalam 1 meter persegi kita bisa menemukan hingga 700 kepiting yeti yang hidup di sana.

Taksonomi Kiwa hirsuta

Penulis : Anisa Putri

Editor : Ari Rikin

Top