Kepiting Bakau, Krustasea Unggulan Penunggu Hutan Mangrove

Reading time: 2 menit
Kepiting Bakau, Krustasea Unggulan Penunggu Hutan Mangrove. Foto : Istimewa
Kepiting Bakau, Krustasea Unggulan Penunggu Hutan Mangrove. Foto : Istimewa

Kepiting Bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu sumber keragaman hayati, ia biasa menjadi bagian dari habitat yang ada di dalam hutan mangrove yang merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik (mangrove) yang umumnya tumbuh serta berkembang pada kawasan pesisir.

Kepiting ini termasuk dalam golongan krustasea. Ia memiliki nilai protein tinggi, dapat dimakan dan merupakan salah satu spesies yang mempunyai ukuran paling besar dalam genus Scylla.

Kepiting Scylla serrate adalah jenis yang dominan dijumpai di dunia dan juga di Indonesia. Daerah pengembangannya mencakup wilayah Indo Pasifik, mulai dari Asia Selatan hingga Asia Tenggara.

Nama kepiting bakau di wilayah Indo Pasifik pun sangat beragam. Di Jawa, masyarakat mengenalnya dengan nama umum kepiting, sedangkan di wilayah Sumatera, Singapura dan Malaysia dikenal sebagai ‘Ketam Batu’, ‘Kepiting Cina’, atau ‘Kepiting Hijau’. Kepiting ini juga lebih dikenal dengan nama ‘Kepiting Lumpur’ (Kasry, 1996). Dalam bahasa Inggris kepiting ini dikenal sebagai mangrove crab atau mud crab.

Secara morfologi, ia dapat dikenali lewat seluruh tubuhnya yang tertutup oleh cangkang. Terdapat enam buah duri diantara sepasang mata, dan sembilan duri disamping kiri dan kanan mata.

Ia juga memiliki sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa Cheliped (kaki yang bercapit) dapat mencapai ukuran dua kali panjang Karapas (cangkang keras). Mempunyai tiga pasang kaki jalan, sepasang kaki renang dengan bentuk pipih.

Kepiting Bakau Scylla serrata.

Kepiting Bakau Scylla serrata. Foto : Istimewa

Kepiting jantan mempunyai abdomen (bagian perut) yang berbentuk agak lancip menyerupai segi tiga sama kaki, sedangkan pada kepiting betina dewasa agak membundar dan melebar. Spesies ini mempunyai ukuran paling besar, dan memiliki pertumbuhan paling cepat dibandingkan spesies kepiting lainnya.

Selain itu, Kepiting ini memiliki warna relatif yang hampir sama dengan warna lumpur, yaitu coklat kehitam-hitaman pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada abdomennya.

Kunikan dari Kepiting Bakau adalah mereka selalu menggali sebuah lubang sebagai tempat berlindung dan jarang terlihat jauh dari lubangnya.

Dari segi siklus hidupnya, Kepiting Bakau menjalani kehidupannya dari perairan pantai ke laut, kemudian induk berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai, atau hutan bakau untuk berlindung, mencari makanan, atau membesarkan diri.

Pada kondisi lingkungan yang ideal, kepiting ini bisa bertahan hidup hingga mencapai umur tiga sampai empat tahun dan mencapai ukuran lebar karapas maksimum lebih dari 200 mm.

Permintaan kepiting di perdagangan dunia dan domestik terus mengalami kenaikan berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO, 2018). Trend peningkatan produksi kepiting bakau dunia bersifat drastis sejak periode 1950-1968 hingga periode 1968-2014.

Negara yang menjadi tujuan ekspor kepiting meliputi Amerika, Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan beberapa negara di kawasan Eropa.

Di Indonesia, Kepiting Bakau termasuk salah komoditas penting perikanan sejak tahun 1980-an. Dukungan upaya Indonesia dalam meningkatkan eksistensi komoditi ekspor kepiting bakau di pasar dunia menjadi penting. Diantaranya adalah dengan menjaga keberlanjutan sumberdaya Kepiting Bakau di alam.

tabel kepiting bakau Scylla serrata. sumber: www.greeners.co

 

Penulis: Sarah R. Megumi

Top