Neonothopanus Gardneri, Jamur Bercahaya Asal Brazil

Reading time: 2 menit
Neonothopanus Gardneri. Foto: Shutterstock

Neonothopanus gardneri adalah sejenis jamur bercahaya (Glow-in-the-Dark Mushrooms) yang tergabung dalam keluarga Marasmiaceae. Ia masyarakat lokal kenal sebagai ‘Flor de Coco,’ sebab memiliki kebiasaan tumbuh di pangkal pohon kelapa yang membusuk.

Jamur ini ditemukan oleh George Gardner di Goias, Brasil pada tahun 1839. Mulanya, ahli botani Inggris tersebut melihat sekelompok anak bermain dengan benda asing bercahaya.

Beliau mengira jika benda tersebut ialah kunang-kunang. Namun setelah ia periksa lebih jauh, benda asing itu ternyata adalah sebuah jamur yang mirip dengan genus Agaricus.

George lantas menamainya sebagai Agaricus phosphorescens. Lewat riset DNA lanjutan pada tahun 1840, nama jamur bercahaya ini diganti kembali menjadi Agaricus gardneri.

Morfologi Jamur Bercahaya Neonothopanus Gardneri

Informasi terkait N. Gardneri memang cukup minim. Sejauh yang kami tahu, spesies jamur bercahaya ini memiliki ukuran paling besar dan terang dibandingkan saudara segenetiknya.

Jamur tersebut mempunyai penutup (cap) berwarna kuning tua di bagian tengah, serta cenderung agak memudar menjadi kuning pucat atau krem pada bagian tepiannya.

Jika kita ukur, N. Gardneri umumnya memiliki lebar berkisar 1 – 9 cm. Bagian penutupnya cembung dengan pusat umbo, sebelum akhirnya menjadi datar atau corong pada usia tua.

Terlihat begitu banyak rongga pada bagian bawah penutup. Warnanya senada dengan bagian atas, serta memiliki stipe berserat sepanjang 3 – 5 cm dan lebar 0,8 – 1,5 cm.

Pancaran jamur bercahaya ini biasanya berwarna hijau. Spesiesnya bukan tergolong sebagai fungi konsumsi (edible), sehingga tidak ahli sarankan untuk masyarakat awam konsumsi.

Baca juga: Amanita Phalloides Alias Death Cap, Jamur Beracun yang Mematikan

Karakteristik Jamur Bercahaya Neonothopanus Gardneri

Spesies N. Gardneri sejatinya berkerabat dengan N. nambi dan N. hygrophanus. Ketiganya tergolong sebagai fungi bioluminesensi, sehingga memiliki kemampuan untuk berpendar.

Bioluminesensi adalah emisi cahaya yang makhluk hidup hasilkan dari reaksi kimia tertentu. Kemampuan ini ahli temukan secara alami pada jamur, bakteri, serta organisme perairan.

Setidaknya ada 71 jenis fungi yang pakar golongkan sebagai jamur bercahaya. Masing-masing spesiesnya memiliki ciri yang beragam karena berasal dari suku yang berbeda.

Sebagian besar bakteri yang dapat menghasilkan bioluminesensi tergolong sebagai gram negatif. Mereka memiliki morfologi batang, serta bersifat aerob atau anaerob fakultatif.

Di laut kemampuan ini bisa kita jumpai pada spesies ubur-ubur dan plankton. Sedangkan hewan dengan kemampuan bioluminesensi paling terkenal, tentu saja kunang-kunang.

Fungsi Bioluminesensi pada Neonothopanus Gardneri

Secara garis besar, bioluminesensi pada N. Gardneri diatur oleh circadian clock atau jam biologis jamur. Inilah yang membuat fungi bercahaya namun dalam waktu-waktu tertentu.

Kegunaan bioluminesensi sendiri tak jauh dari menarik mangsa. Jamur bercahaya mampu memperdaya serangga, untuk membantu proses penyebaran spora serta reproduksinya.

Beberapa glow-in-the-dark mushrooms bahkan mempunyai jam biologisnya tersendiri. Karena itu, mereka cenderung bergantian untuk mengeluarkan cahaya sepanjang hari.

Jam biologis jamur N. Gardneri terbilang cukup unik. Mereka masih dapat bersinar pada temperatur rendah, sebab reaksi bioluminesensinya bisa diatur melalui sensitivitas suhu.

Dengan cara ini mereka mampu menyimpan energi secara optimal. Energi tersebut mereka gunakan saat malam hari, sehingga pendarnya terlihat lebih terang daripada jamur lainnya.

Baca juga: Jamur Marasmius sp, Seperti Lentera dalam Gelap

Taksonomi Spesies Jamur Neonothopanus Gardneri

Penulis: Yuhan Al Khairi

Top