Kulit Kaktus sebagai Pengganti Kulit Binatang

Reading time: 2 menit
Desserto
Tas dari kulit kaktus. Foto: desserto.com.mx

Jakarta (Greeners) – Kulit binatang yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar sepatu dan tas kini dapat digantikan dengan bahan organik seperti kaktus. Adrián López Velarde dan Marte Cázarez merupakan dua pengusaha asal Meksiko yang mengembangkan produk mode bernama Desserto yang berbahan kulit kaktus nopales.

Desserto adalah sebuah produk ramah lingkungan yang diklaim berkelanjutan, tidak membahayakan hewan dalam proses pembuatannya (cruelty free), dan tidak menggunakan bahan kimia beracun seperti ftalat maupun PVC.

Kedua pemuda berusia 28 tahun tersebut ingin menjadikan industri fesyen lebih sadar lingkungan tanpa mengurangi kualitas produknya. “Setelah dua tahun penelitian dan pengembangan, kami berhasil menghasilkan bahan sesuai spesifikasi teknis dan mekanis industri yang menggunakan kulit hewan atau sintetis,” ujar Adrián López Velarde, salah satu penemu Desserto dalam fashionunited.uk.

Baca juga: Busana Berkelanjutan dari Poliester Daur Ulang

Kaktus ini dapat dibentuk menjadi jaket, dompet, jok mobil, dan barang lain yang terbuat dari kulit sapi tradisional. Proses pembuatan dimulai dengan memotong kaktus dewasa yang tumbuh secara organik. Selanjutnya kaktus dibersihkan, dihaluskan, dan dijemur di bawah sinar matahari selama tiga hari sebelum diproses maupun diwarnai secara alami. Material organik ini juga disebut mampu bertahan hingga satu dekade.

Dibandingkan Kulit Binatang

Melansir peta.org, kulit binatang merupakan salah satu bahan fashion yang tidak ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan kulit disamak dengan metode chrome-tanned yang menggunakan kromium. Selain itu, semua limbah yang mengandung kromium dianggap berbahaya oleh U.S. Environmental Protection Agency.

Desserto

Produk lain dari Desserto. Foto: desserto.com.mx

Proses penyamakan sendiri juga menghasilkan berbagai polutan, termasuk protein, rambut, garam, lumpur kapur, sulfur, dan zat asam. Penyamakan kulit juga menghasilkan 800.000 ton serutan krom setiap tahun dan sebagian besar di antaranya berakhir di tempat pembuangan sampah.

Inovasi lain dalam mengatasi masalah penggunaan kulit binatang adalah kulit sintetis (vegan leather). Namun, kebanyakan bahan tersebut berasal dari plastik dan minyak bumi seperti polivinil klorida (PVC) dan poliuretan sehingga dinilai tetap tidak ramah lingkungan. Kedua material tadi juga banyak digunakan oleh merek fast fashion karena harga dan kemiripannya dengan kulit binatang.

Baca juga: Aksesori Unik dari Kulit Kayu

Proses pembuatan dan pembuangan kulit sintetis berbasis PVC menghasilkan dioksin berbahaya yang dapat menyebabkan masalah perkembangan reproduksi bahkan kanker. Bahan yang digunakan juga tidak dapat terurai sepenuhnya, meskipun dapat hancur sampai ke tingkat tertentu. Bahan kulit tiruan juga dapat melepaskan partikel beracun dan zat pengelastis (ftalat) yang dapat memengaruhi kesehatan hewan dan lingkungan.

Kulit kaktus dapat menjadi peluang pengganti kulit binatang dan sintetis. Material organik dan daya tahannya hampir menyamai kulit binatang pada umumnya yakni selama sepuluh tahun.

“Kami memiliki perancang busana yang memberi bahwa produk tersebut memiliki potensi besar karena terasa sangat lembut dan tahan lama,” kata Marte Cázarez, salah satu penemu Desserto dalam metro.co.uk.

Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari

Top