Ridho Slank: Melestarikan Alam Melalui Adat Budaya

Reading time: 2 menit
Ridho Slank
Foto: Instagram @ridho_hafiedz

Di balik kepiawaiannya memainkan gitar bersama grup band Slank, Mohamad Ridwan hafidz atau lebih dikenal dengan Ridho Slank memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Hal tersebut kemudian ia ajarkan kepada anak-anaknya.

Sejak tergabung dalam grup yang terbentuk pada 1983 ini, Ridho mulai mengenal lingkungan. Di dalam penciptaan lagu-lagu Slank, selalu menetapkan empat unsur yang harus dipatuhi, yakni cinta, pergerakan pemuda, alam, dan sosial.

Baca juga: Giring Ganesha: Berkebun untuk Hilangkan Stres

Dari situlah pria kelahiran 45 tahun silam ini terinspirasi untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya agar lebih peduli dengan lingkungan. Misalnya, mulai dari berkebun, memilah sampah, hingga berkunjung ke taman nasional yang ada di Indonesia.

Menurut Ridho Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, sehingga memperkenalkan pengetahuan akan lingkungan merupakan hal yang pertama kali bisa dilakukan.

“Kalau main musik sudah banyak banget. Kita punya sumber daya alam yang kaya terutama satwa,” ujar Ridho dalam siaran langsung Instagram bertajuk “Semangat Senin”, Senin, (22/06/2020).

Ridho Slank

Foto: Instagram @ridho_hafiedz

Di sela wawancara ia juga menceritakan bahwa tanah kelahirannya di Ambon, Maluku memiliki budaya untuk melestarikan alam yang disebut dengan Sasi. Masyarakat lokal menyebutnya sebagai sebuah adat yang mengajarkan masyarakat untuk menjaga alam dan sekitarnya agar tetap lestari. “Adat Sasi merupakan larangan untuk mengambil hasil alam, baik hasil pertanian maupun hasil laut sebelum waktu yang ditentukan,” ucapnya.

Maraknya eksploitasi lingkungan dan perubahan alih fungsi lahan, kata dia, membuat Sasi sebagai bagian untuk meremajakan alam kembali. Menurutnya nenek moyang terdahulu sudah memperhitungkan kerusakan alam yang akan terjadi di masa sekarang. Hingga kini tradisi itu masih terus dijalankan.

Baca juga: Melanie Subono Disebut Bunuh Diri Karier Demi Menyuarakan Lingkungan

“Kalau di Ambon setiap kampung membuat ritual adat Sasi. Cara kita mengeksplorasi alam kadang-kadang keterlaluan bahkan merusak seperti menangkap ikan dengan bom dan lain sebagainya,” ujarnya.

Ia mengatakan di tengah pandemi seperti sekarang masyarakat memang harus terus menjaga kesehatan. Namun, jangan sampai melupakan hutan di Indonesia bahkan mengeksploitasinya. Banyaknya alih fungsi hutan, kata dia, membuat rencana pengembangbiakan satwa liar perlu dipertimbangkan. “Pemerintah  harus mulai memikirkan habitat alami satwa di Indonesia,” kata dia.

Di samping itu, menurutnya pemerintah juga harus tegas dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan tempat hidup alami satwa. “Bila hutan beralih fungsi nantinya akan berdampak kepada manusia,” ucapnya.

Penulis: Ridho Pambudi

Top