Karst, Kertas Ramah Lingkungan dari Puing-Puing Batu

Reading time: 3 menit
Karst, Puing-Puing Konstruksi jadi Kertas Daur Ulang
Karst, Puing-Puing Konstruksi jadi Kertas Daur Ulang. Foto: Karst.

Buku catatan yang kita tahu pasti asalnya dari pohon. Tetapi, berbeda dengan Karst. Merek Australia yang satu ini menjual buku yang terbuat dari 100% batu daur ulang. Pembuatannya tak hanya tanpa pohon, melainkan juga minus pemutih dan asam, menjadikannya kertas alami yang ringan, cerah dan tahan air.

Perjalanan Bahan Kertas dari Masa ke Masa

Selama hampir seribu tahun, kertas terbuat dengan cara yang sama, dari linen, katun, dan serat kain rami. Kemudian pada pertengahan abad ke-19, datangnya era industri membuat produsen kertas beralih, menggunakan kayu untuk pembuatan kertas. Hal ini tentu membuat kertas lebih murah, namun kualitasnya juga lebih rendah. Butuh penggunaan asam yang banyak untuk mengekstrak serat selulosa. Asam pada kertas tersebut ternyata menjadi faktor penyumbang debu di perpustakaan, arsip, dan museum.

Kemudian, produsen kertas mempelajari cara memproduksi kertas bebas asam dengan menambahkan kalsium karbonat untuk menetralkannya. Tetapi, industri ini tetap beracun. Bahkan, ini menjadi pencemar industri terbesar ketiga di Amerika Serikat, pengguna berat energi dan air, serta penyumbang deforestasi.

Proses ini kemudian kembali mengalami revolusi. Ini bermula ketika para pendiri Karst (Kevin Garcia dan Jon Tse) saling bertukar pikiran di Sydney. Mereka berangkat dari pertanyaan “apakah buku catatan harus terbuat dari pohon?” dan “mengapa industri terbesar ketiga di dunia harus bertanggung jawab untuk produksi limbahnya yang berlimpah?”. Diskusi ini muncul ketika mereka menemukan kertas yang terbuat dari batu ketika berlibur di Taiwan. Kertas yang mereka temukan ini menjadi kemasan makanan. Tak seperti kertas dari kayu, kertas batu ini tahan air.

Proses Pembuatan Kertas Batu Daur Ulang

Kertas batu daur ulang ini mengalami proses terlebih dulu sebelum menjadi indah. Mulai dari pengumpulan sisa kalsium karbonat dari puing-puing yang tersisa di lokasi konstruksi dan pertambangan. Kemudian, Karst melakukan proses penghancuran puing menjadi bubuk halus. Setelah itu dicampur dengan sampah high-density polyethylene (HDPE) yang merupakan polimer termoplastik yang terbuat dari proses pemanasan minyak bumi. Percampuran ini dilakukan untuk mengikat partikel kalsium karbonat. Lalu, dibuat menjadi pelet yang nantinya masuk dalam mesin besar untuk penggulungan dan perentangan, sehingga menjadi identik dengan bubur kertas.

“Prosesnya sendiri hanya membutuhkan sepertiga dari emisi karbon, dibandingkan bubur kertas biasa,” tutur Jon, Co-Founder sekaligus Co-CEO Karst Stone Paper.

Karst, Puing-Puing Konstruksi jadi Kertas Daur Ulang

Selama hampir seribu tahun, kertas terbuat dengan cara yang sama, dari linen, katun, dan serat kain rami. Kertas dari batu ini membutuhkan hanya sepertiga emisi ketimbang kertas konvensional. Foto: Karst.

Sertifikasi B Corp Karst Stone Paper

Karst juga sudah memegang sertifikasi B Corp, yang merupakan tanda kepada perusahaan bahwa telah membuktikan proses bisnisnya berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. 

Karst memiliki program tanam sebatang pohon tiap bukunya laku terjual. Program ini bekerja sama dengan One Tree Planted Foundation, sehingga setiap pengiriman produk pada konsumen berarti mengimbangi pencemaran akibat karbon.

Selain peduli lingkungan, buku yang Karst jual terdiri dari berbagai varian. Konsumen yang butuh ukuran A4 atau A5, atau yang menyukai kertas bergaris, bertitik, atau polos. Buku catatan ini tersedia dengan harga £13.80, serta pengiriman gratis ke Inggris untuk pesanan lebih dari AUS$50.

Baca juga: Kertas Kemasan dari Ampas Tebu dan Kulit Jagung

Inisiatif Karst Kala Pandemi Covid-19

Namun, pandemi Covid-19 yang datang membuat merek ini berinisiatif untuk tetap bertahan. Ia bermitra dengan sebuah perusahan bernama Rescue Brand untuk memberikan pembersih tangan ke warga Australia dengan cakupan sebanyak mungkin.

Nick Benson, teman Jon dan salah satu pendiri ExD, sebuah perusahaan yang membantu menciptakan produk kecantikan, kesehatan, dan kebugaran untuk merek global, mendirikan Rescue Brand ketika banyak teman-temannya kehilangan pekerjaan karena krisis. Dalam kurun waktu seminggu, ia mempekerjakan 14 orang untuk membantu pelaksanaan produksi pembersih tangan dan masker.

“Sebagian besar etos perusahaan kami adalah menggunakan bisnis untuk kebaikan. Meskipun pembersih tangan benar-benar di luar ranah merek kami, kami merasa harus angkat tangan dan dengan cepat memobilisasi tim dan sumber daya  untuk meluncurkan pembersih tangan yang terjangkau langsung ke pintu-pintu warga Australia di seluruh negeri.”

Dengan infrastruktur yang ada saat ini, peluncuran dua puluh ribu unit pembersih tangan tersedia untuk pre-order di situs Karst dengan batas 6 botol per pelanggan. Setiap pembelian pembersih tangannya berkontribusi pada pengoperasian Rescue.

Tidak ada yang salah dari investasi untuk lingkungan dengan membeli seperangkat alat tulis berkelanjutan. Selain itu, Anda juga bisa menulis curhatan dalam buku ini. Tak perlu takut, kertas tahan air ini takkan rusak karena air mata.

Penulis: Agnes Marpaung

Editor: Ixora Devi

Sumber:

Marie Claire

CEO Magazine

Forbes

Top