Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Program Doktoral Fakultas Farmasi (FF), Vera Ladeska, meneliti tanaman Tetracera indica dan Tetracera macrophylla. Penelitian ini mengungkapkan senyawa dalam kedua tanaman tersebut berpotensi sebagai antioksidan dan anti-inflamasi yang dapat menghambat enzim lipoksigenase.
Hasil penelitian tersebut ia sampaikan dalam sidang promosi doktor pada Senin (6/1) di Ruang Sidang Besar, Gedung Pascasarjana FFUI, Kampus Depok. Dalam pidatonya, Vera menjelaskan bahwa inflamasi adalah respons perlindungan tubuh terhadap cedera jaringan. Namun, jika tidak segera ditangani, inflamasi dapat memicu peningkatan radikal bebas yang berisiko menyebabkan disfungsi organ dan berujung pada penyakit kronis.
βMelalui penelitian ini, kami ingin menggali potensi tanamanΒ Tetracera macrophyllaΒ danΒ Tetracera indicaΒ yang dikenal dalam pengobatan tradisional, yang memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti fenol,Β flavonoid, danΒ terpenoidΒ yang berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi,β ujarnya.
BACA JUGA: Pengusaha Muda di Nepal Mengaspal Jalan dari Sampah Plastik
Dalam prosesnya, ia berhasil mengisolasi enam senyawa aktif dari rantingΒ Tetracera macrophylla. Senyawa tersebut meliputiΒ (1) asam 2,3-dihidroksi-olean-12-en-28-oat; (2) asam 3,4-dihidroksi benzoate; (3) 2-hidroksi-olean-12-en-3beta-ol; (4) asam 3-hidroksi olean-11-on-12-en-28-oat; (5) kaempferol 3-glukosida; dan (6) katekin.
Enam senyawa ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang signifikan. Terutama, senyawa 1 dan 4 yang memiliki potensi paling kuat sebagai penghambat aktivitas enzim lipoksigenase (LOX). Hal itu baik secara in vitroΒ maupunΒ in silico.
Potensi Besar Tetracera macrophylla
Dari hasil risetnya, Vera menemukan bahwa tanaman tersebut memiliki potensi lebih besar daripada Tetracera indicaΒ dalam mengatasi inflamasi dan oksidasi. Hal tersebut karena ekstrak etil asetat rantingΒ Tetracera macrophylla mengandung fenol dan flavonoidΒ yang tinggi serta aktivitas antioksidan yang sangat baik.
Selain itu, dua senyawa yang terkandung di dalamnya, yaitu senyawa 1 dan 4, berinteraksi paling kuat dengan protein LOX. Hal ini menjadikan keduanya kandidat potensial sebagai agen antiinflamasi. Pengembangan terapi antiinflamasi berbasis bahan alam, khususnya Tetracera macrophylla, punya potensi besar untuk peneliti kembangkan sebagai sumber obat.
BACA JUGA: Desainer Belgia Daur Ulang Bola Tenis Bekas Jadi Aksen Interior Unik
Dekan FFUI, Arry Yanuar mengapresiasi penelitian Vera terkait pengembangan obat yang berbasis alam. Menurutnya, penelitan ini telah menunjukkan potensi besar tanaman Tetracera macrophylla sebagai sumber senyawa bioaktif yang bisa menjadi alternatif terapi antioksidan dan antiinflamasi. Selain itu, berkat penelitiannya, Vera juga berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Farmasi di FFUI dengan yudisium summa cumlaude.
“Hasil penelitian ini tidak hanya memperkaya khazanah ilmiah dalam bidang farmasi. Namun, juga membuka peluang pengembangan obat berbasis bahan alam yang lebih aman dan efektif untuk pengelolaan penyakit kronis,β ujarnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia