Unik, Sabut Kelapa Dimanfaatkan untuk Atasi Limbah Cair

Reading time: 2 menit
Felix Natanael dan Andrean Natajaya memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk mengatasi limbah cair di sungai. Foto: Istimewa
Felix Natanael dan Andrean Natajaya memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk mengatasi limbah cair di sungai. Foto: Istimewa

Dua pemuda asal Indonesia, Felix Natanael dan Andrean Natajaya memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk mengatasi limbah cair di sungai. Inovasi anak bangsa ini berpotensi membantu mengurangi pencemaran limbah industri.

Pada penelitian ini, limbah sabut kelapa menjadi material untuk pembuatan biosorben berbasis selulosa yang memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH). Kemudian, struktur berpori menjadi penyerap Rhodamin B (RhB) dari limbah cair.

BACA JUGA: Homepost, Alat Kompos Praktis yang Tidak Mengeluarkan Bau

Rhodamin B (RhB) merupakan salah satu pewarna yang umum digunakan dalam industri, khususnya tekstil. Sifatnya yang tidak mudah terdegradasi, karsinogenik, dan teratogenik menjadikan senyawa ini produk yang
berbahaya bagi lingkungan, biota air, serta kesehatan masyarakat.

Manusia bisa mengalami iritasi kulit dan kanker efek RhB tersebut. Oleh karena itu, selulosa yang diturunkan dari limbah sabut kelapa akan diaplikasikan dalam bentuk selulosa termodifikasi nanopartikel magnetit (Fe3O4).

Kemudian, berdasarkan penelitian, selulosa magnetik mampu menyerap RhB yang dibuktikan dengan tingginya kapasitas adsorpsi.

Felix Natanael dan Andrean Natajaya memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk mengatasi limbah cair di sungai. Foto: Istimewa

Felix Natanael dan Andrean Natajaya memanfaatkan limbah sabut kelapa untuk mengatasi limbah cair di sungai. Foto: Istimewa

Hasil dari Penelitian untuk Skripsi

Felix mengatakan, inovasi ini merupakan hasil dari penelitian untuk tugas akhir masa kuliahnya. Felix dan Andrean merupakan alumni  Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Mereka berdua menganggap sabut kelapa memiliki kandungan yang luar biasa.

“Dari bahan baku sabut kelapa biasanya untuk media tanam dan untuk kerajinan, nilai ekonomisnya tidak terpakai secara maksimal. Jadi, saya ambil untuk bahan baku dan saya telusuri kandungannya. Lalu, saya menggunakan sabut kelapa ini juga untuk skripsi,” kata Felix kepada Greeners, Senin (2/10).

BACA JUGA: Superpop, Meja Minimalis dari Plastik Daur Ulang

Menurutnya, sabut kelapa memiliki nilai ekonomis, namun secara komersial belum banyak yang memanfaatkannya. Selain itu, sabut kelapa juga memiliki banyak kelebihan, salah satunya mengandung komponen zat besi. Zat tersebut bergabung dengan selulosa sehingga bisa degradasi untuk zat-zat berwarna.

Bantu Kurangi Zat Pewarna di Perairan

Sementara itu, hasil inovasi yang Felix dan Andrean lakukan belum melalui uji coba langsung di industri maupun pabrik pada skala besar. Inovasi ini masih dalam tahapan lolos uji laboratorium.

Oleh karena itu, Felix berharap inovasi yang ia gagas bisa teraplikasikan secara komersial pada skala pabrik dan industri. Sebab, hal tersebut tentu akan membantu mengurangi pencemaran air di sungai.

“Zat ini bisa dilepas ke lingkungan dan membersihkan pewarna, sehingga tidak mencemari perairan. Apalagi masyarakat yang berdomisili di Bandung, di Sungai Citarum itu banyak aliran limbah sehingga merusak lingkungan. Jadi, harapan saya saat membuat skripsi tersebut adalah bisa mengurangi zat-zat pewarna perairan,” tambah Felix.

Di balik keberhasilan yang Felix dan Andrean ciptakan ini tentu tidak terlepas dari tantangan. Felix menambahkan, kesulitan pertama yang ia rasakan adalah memperoleh selulosa dari serabut kelapa karena masih memiliki lignin yang tinggi.

“Tantangannya sulit untuk menghilangkan lignin tersebut,” ujarnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top