Komunitas Kresek Solo: Jangan Tunggu Terinspirasi, tapi Bergerak untuk Menginspirasi

Reading time: 2 menit
Kresek Solo
Para anggota Komunitas Kresek Solo. Foto: Instagram @reseksolo

Dahulu plastik menjadi penemuan yang sangat luar biasa karena menjadi kemasan yang awet dan tahan lama. Kini, sampah plastik justru memberikan dampak buruk karena mencemari lingkungan dalam waktu yang sangat lama.

Berbagai cara telah dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik hingga mengelola sampahnya. Di Indonesia, ratusan bahkan puluhan komunitas dan pegiat lingkungan ikut menyuarakan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Salah satu organisasi yang peduli dengan sampah plastik ialah Komunitas Kresek.

Baca juga: Teens Go Green Bentuk Anak Muda Menjadi Agen Perubahan

Nama Kresek merupakan singkatan Kreasi Sampah, Ekonomi Kota. Komunitas ini pertama kali didirikan pada 2015 di Kota Kudus, Jawa Tengah. Setahun kemudian, salah satu relawan Kresek Kudus, Amalia Zulfana tergerak dengan permasalahan sampah yang ada di Kota Surakarta. Ia berinisiatif untuk membuat cabang komunitas sebagai upaya menyebarkan edukasi kepada masyarakat Kota Solo agar peduli dengan lingkungan.

Menurut Ketua Kresek Solo, Rois Rizal, awalnya cabang komunitas di Solo ini hanya sebatas mengumpulkan sampah untuk didaur ulang, mengedukasi, dan menumbuhkan kepedulian terhadap sampah agar menjadi kebiasaan di masyarakat.

Para ibu menunjukkan hasil kreasi daur ulang. Foto: Instagram @reseksolo

Selang beberapa tahun, Kresek Solo berkolaborasi dengan berbagai komunitas, mahasiswa, dan lembaga pemerintah untuk menyuarakan permasalahan lingkungan terkhusus di wilayah Jawa Tengah.

Menurut Rois untuk benar-benar terbebas dari sampah bukan hal yang mudah. Namun, melalui program edukasi mengenai dampak penggunaan plastik, hal itu merupakan langkah yang paling baik dilakukan ke masyarakat.

“Sampah bisa sampai di laut karena ulah manusia. Perilaku membuang sampah ke sungai yang akhirnya mengalir ke lautan dan dimakan oleh biota laut itu sendiri,” ujarnya saat dihubungi Greeners, Kamis, (7/5/2020).

Baca juga: Komunitas Ewaste-RJ: Jadikan Pemilahan Sampah Elektronik Sebuah Kebiasaan

Tidak hanya kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, Kresek Solo juga aktif dalam memberikan pelatihan daur ulang sampah. Berbagai sampah plastik bekas kemasan diubah  menjadi barang-barang bernilai seperti bros, gantungan kunci, dan tas.

Kresek Solo juga memiliki Bank Sampah Binaan yang berada di daerah Teposanan. Komunitas ini juga memiliki kelompok bermain anak-anak yang berfokus pada kerajinan daur ulang. “Dalam melakukan pelatihan daur ulang tersebut, bahan plastik bekas sebagian didapat melalui Bank Sampah,” ucap Rois.

Proses daur ulang melibatkan ibu rumah tangga dan anak-anak panti asuhan yang ada di Kota Surakarta. Hasil kreasi daur ulang tersebut dipasarkan di Kreasik Nusantara dan dibanderol mulai dari Rp3.000 hingga Rp250.000.

Kresek Solo

Para anggota Kresek Solo sedang mendaur ulang untuk membuat kreasi. Foto: Instagram @reseksolo

Roiz menuturkan bahwa sampah bisa menjadi kawan ketika masyarakat mampu memanfaatkannya. Apabila masyarakat mampu mendaur ulang dan menjualnya, sampah akan menjadi barang yang bernilai hingga memberikan peluang menjadi social ecopreneur.

Ia juga mengatakan untuk menyelamatkan Bumi tidak perlu menjadi super hero. Dengan langkah sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, itu juga dapat menyelamatkan bumi. “Ayo terus bergerak, jangan menunggu untuk terinspirasi, tetapi bergerak untuk menjadi inspirasi. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi,” kata dia.

Penulis: Ridho Pambudi

Top