190 Ribu Orang Dukung Penyelamatan Orang Utan Tapanuli

Reading time: 3 menit
Sebanyak 190 ribu orang mendukung penyelamatan orang utan tapanuli. Foto: Walhi
Sebanyak 190 ribu orang mendukung penyelamatan orang utan tapanuli. Foto: Walhi

Jakarta (Greeners) – Sebanyak 190.000 orang dari berbagai belahan dunia menandatangani petisi penyelamatan orang utan tapanuli dan pelestarian ruang hidupnya. Mereka menuntut perlindungan dan penghentian eksploitasi ekosistem Batang Toru, Sumatra Utara, yang terancam akibat aktivitas tambang.

Petisi tersebut diserahkan langsung oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatra Utara bersama Walhi Nasional dan Satya Bumi. Mereka tergabung dalam Aliansi Tolak Tambang Martabe (Lantam). Petisi itu mereka serahkan kepada menteri kehutanan, menteri energi dan sumber daya alam mineral (ESDM), dan pimpinan PT Agincourt Resources (AR) di Jakarta, Kamis (27/2).

Orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis), spesies baru di antara kera besar yang teridentifikasi pada 2017 lalu terus mengalami ancaman besar. Sebab, tempat hidupnya terkepung berbagai industri ekstraktif, salah satunya Tambang Emas Martabe.

BACA JUGA: BKSDA Kaltim Lepasliarkan Empat Orang Utan

Keberadaan Tambang Emas Martabe yang berlokasi di Kabupaten Tapanuli Selatan memperburuk kondisi lingkungan dan merusak habitat alami mereka. Bahkan, mengganggu keseimbangan ekosistem Batang Toru. Selain itu, ekspansi tambang ini juga menyebabkan deforestasi yang signifikan.

Direktur Walhi Sumatra Utara, Rianda Purba menyatakan kekhawatirannya atas dampak lingkungan oleh Tambang Emas Martabe. Ia menyoroti aktivitas tambang yang menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada ekosistem Batang Toru. Bahkan, mengancam kelangsungan hidup orang utan tapanuli, salah satu spesies paling langka di dunia.

“Tambang Emas Martabe terletak di jantung ekosistem Batang Toru, yang merupakan habitat terakhir bagi orang utan tapanuli. Dengan populasi yang kurang dari 800 individu, spesies ini sangat rentan terhadap kepunahan,” ujar Rianda.

Menurut pantauan Walhi Sumatra Utara, dalam 15 tahun terakhir, deforestasi di sekitar tambang juga telah mencapai lebih dari 114 hektare (ha). Deforesatasi ini menghilangkan hutan yang merupakan habitat penting bagi orang utan tapanuli.

Sebanyak 190 ribu orang mendukung penyelamatan orang utan tapanuli. Foto: Walhi

Sebanyak 190 ribu orang mendukung penyelamatan orang utan tapanuli. Foto: Walhi

Rencana Ekspansi Bahayakan Ekosistem

Saat ini yang mengkhawatirkan, PT AR, operator Tambang Emas Martabe, tengah berencana membuka lokasi penimbunan atau Tailing Management Facility (TMF) baru di wilayah utara konsesi. Pembukaan ini tentu akan berdampak buruk pada ekosistem Batang Toru.

Berdasarkan penelusuran dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PT AR, total luas TMF mencapai 195,2 ha. Pembangunan area TMF yang baru juga membutuhkan berbagai fasilitas tambahan yang akan membuka hutan di area ekosistem Batang Toru, seperti pembangunan TMF Road Development (9,17 ha), sedimen DAM TMF (86,90 ha), dan Buffer Area (291,73 ha). Sehingga, total rencana lahan yang akan terbuka seluas 583 ha.

Proses pembangunan fasilitas TMF akan dilakukan secara berkala dan dalam waktu yang panjang. Kondisi ini akan memperkecil fragmentasi atau pemisahan habitat yang akan meningkatkan kepunahan satwa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P 20 Tahun 2018, lokasi tambang PT AR merupakan lokasi penemuan berbagai taksa, baik yang dilindungi atau tidak. Area lokasi tambang merupakan habitat primata langka seperti siamang, simpai dan orang utan Tapanuli.

BACA JUGA: Peneliti BRIN Ukur Tingkat Stres Orang Utan melalui Analisis Feses

Home range orang utan secara umum memerlukan sekitar 15 sampai 20 ha dengan jelajah harian sekitar 750 sampai 1.100 meter per hari. Dengan demikian, 195,2 ha pembukaan lahan akan signifikan bagi habitat orang utan.

β€œRencana pembangunan TMF walaupun berada di Area Penggunaan Lain (APL), namun secara tutupan lahan ini masih berupa hutan dan termasuk ke dalam key biodiversity area ekosistem Batang Toru,” ujar Juru Kampanye Satya Bumi, Riezcy Cecilia Dewi.

Selain itu, pembukaan lahan juga akan menghilangkan tutupan vegetasi dan merusak komposisi spesies flora terestrial. Bahkan, mengancam keberadaan satwa dan flora terlindungi. Sekitar 185.884 pohon akan hilang akibat pembangunan TMF ini.

Aksi Serentak

Selain di Jakarta, aksi juga berlangsung serentak di Medan, Sumatra Utara di depan kantor United Tractors, dengan tuntutan yang sama. Sementara itu, Friends of the Earth (FoE) dan Ekō yang tergabung dalam koalisi internasional, menyampaikan petisi secara langsung kepada Jardine Cycle & Carriage Limited. Itu merupakan perusahaan induk yang memiliki PT Agincourt Resources di London, Inggris yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Sumatra Utara.

Direktur Kampanye Ekō, Fatah Sadaoui mengatakan bahwa 190.000 orang dari seluruh dunia mengirimkan pesan yang sangat jelas dan mendesak Jardine Matheson dan Martabe. Menurutnya, tidak ada jumlah emas yang sebanding dengan risiko terhadap masa depan orang utan paling langka di dunia.

“Dari Jakarta hingga London dan di berbagai belahan dunia, masyarakat menuntut korporasi seperti Jardine Matheson untuk bertanggung jawab dalam melindungi alam. Jardine Matheson harus mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan orangutan Tapanuli sebelum terlambat,” ujarnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top