Alga Berpotensi Menjadi Bahan Kimia di Indonesia

Reading time: 2 menit
Ilustrasi alga. Foto: Shutterstock
Ilustrasi alga. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam perairan yang memiliki potensi besar pemanfaatan biomassa alga, baik mikroalga maupun makroalga. Akademisi Universitas Indonesia (UI) menilai alga bisa menjadi bahan kimia di Indonesia.

Alga merupakan organisme unik yang memiliki kemiripan fungsi dengan tumbuhan, yaitu mampu berfotosintesis. Sehingga, dapat menjadi sumber berbagai bahan kimia melalui penangkapan karbon dioksikda (CO2) dan sinar matahari. Namun, ekspor komoditas alga dari Indonesia umumnya masih dalam bentuk mentah. Oleh karena itu, perlu hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas tersebut.

BACA JUGA: Mikroalga, Alga Berklorofil dengan Ukuran Mikroskopis

Departemen Teknik Kimia (DTK) Fakultas Teknik (FT) UI terus berperan aktif dalam riset dan pengembangan mikroalga. Dosen dan mahasiswa di DTK FT UI secara berkelanjutan meneliti teknik budi daya mikroalga di fotobioreaktor, termasuk ekstraksi pigmen dan sintesis bioproduk seperti biodiesel. Riset terkait dekarbonisasi melalui penangkapan CO2 oleh mikroalga juga menjadi fokus penelitian di DTK FT UI.

“Mikroalga yang hidup di perairan dan bergantung pada fotosintesis menjadi fokus pengembangan utama di Indonesia. Berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, lembaga riset negara, dan perusahaan, aktif meneliti dan mengembangkan pemanfaatan mikroalga untuk berbagai keperluan,” ujar Ketua Tim Kajian Makroalga dan Mikroalga DTK FT UI, Dianursanti melalui keterangan tertulisnya.

Riset dan pengembangan mikroalga berfokus pada tiga aspek utama. Di antaranya transformasi biomassa mikroalga menjadi produk lain, ekstraksi bahan aktif, dan dekarbonisasi melalui penangkapan CO2 oleh mikroalga.

Mikroalga Miliki Nilai Ekonomi

Sementara itu, Dekan FT UI, Heri Hermansyah menyatakan pemanfaatan mikroalga di Indonesia tidak hanya sebatas penelitian. Saat ini, beberapa perusahaan lokal telah membudidayakan mikroalga dan mentransformasikannya menjadi barang konsumsi dengan nilai ekonomi yang mampu bersaing.

“Beberapa fasilitas produksi dengan emisi CO2 tinggi juga telah menguji coba penangkapan CO2 menggunakan mikroalga yang melalui budidaya secara terintegrasi,” ujar Heri.

BACA JUGA: Lampu Gantung dari Alga ini Bisa Membersihkan Udara

Melalui Forum Group Discussion (FGD) oleh DTK FT UI, terdapat impor sejumlah bahan kimia yang terkait dengan produk farmasetikal, nutrasetikal, kosmetik, dan uji laboratorium. Hal ini mengakibatkan pemasokan bahan kimia oleh industri pengguna (offtaker), melalui impor memakan biaya yang relatif tinggi.

Di sisi lain, para offtaker mendapat dorongan untuk memperbesar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dengan demikian, sinergi antara pelaku riset dan industri menjadi krusial guna mempercepat implementasi pengembangan produksi bahan kimia dari alga di dalam negeri.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top