Auriga : 15 Badak Jawa di Ujung Kulon Tidak Lagi Diketahui Keberadaannya

Reading time: 2 menit
Konferensi pers virtual Auriga Nusantara terkait keberadaan badak jawa di TN Ujung Kulon. Foto: Auriga

Jakarta (Greeners) – Auriga Nusantara mengungkap keprihatinannya terkait nasib badak jawa di Ujung Kulon yang berada di ujung tanduk. Dalam investigasi yang mereka lakukan, ada temuan 18 individu badak jawa tidak terekam lagi oleh kamera deteksi pada tahun 2021. Belakangan, tiga individu diketahui mati.

Auriga Nusantara menduga dari informasi yang mereka kumpulkan September 2022 hingga Maret 2023 terjadi penurunan populasi. Investigasi ini mereka lakukan karena dalam setahun terakhir lebih dari dua kali menerima kabar buruk badak jawa di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon.

Setahun sebelum investigasi mereka lakukan, 16 individu juga tidak ditemukan kehadirannya dan terjadi satu kematian badak jawa. Hingga saat ini, ada 15 badak jawa yang diduga hilang dan tujuh di antaranya adalah betina. Kehilangan betina dengan jumlah besar pada populasi yang kecil adalah kabar buruk bagi regenerasi badak.

Hasil Temuan Investigasi Auriga Nusantara

Setelah melakukan investigasi di Ujung Kulon, Auriga Nusantara menemukan beberapa temuan di antaranya adanya indikasi peningkatan perburuan.

Hal itu dibuktikan temuan jerat yang mengarah ke badak atau mamalia besar. Lalu adanya lubang di tengkorak kepala badak jantan Samson, dan terdapat lubang di bagian punggung belakang badak jawa yang diduga sebagai bekas peluru.

Peneliti Auriga Nusantara, Riszki Is Hardianto mengatakan, saat Auriga mewawancarai sejumlah sumber mayoritas menyebut luka pada tubuh badak karena tembakan peluru dan tertusuk bambu.

“Kita coba mewawancarai, memang mayoritas bilang itu bekas tembakan peluru tapi ada yang bilang itu karena tertusuk bambu atau sejenisnya,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (11/4).

Sementara itu dari temuan hilangnya 18 badak yang tidak lagi tertangkap kamera. Tiga di antaranya tidak konsisten terekam kamera sejak tahun 2019 telah ditemukan mati.

Demi efektivitas program ke depan, ia meminta sebaiknya sisa 15 badak yang tidak lagi terdeteksi diasumsikan mati, entah karena penyakit ataupun perburuan. Sehingga pengelolaan populasi badak ke depannya jauh lebih baik. 

Auriga juga menemukan rentetan kematian badak jawa yang tidak pernah diusut tuntas. Dari informasi yang mereka kumpulkan, terdapat setidaknya 11 kematian badak jawa, empat betina dan tujuh jantan, di TN Ujung Kulon sejak tahun 2011. Ternyata, tidak ada satu pun dari kematian ini yang diusut secara tuntas hingga diketahui penyebabnya.

Auriga juga mempertanyakan anggaran TN Ujung Kulon untuk konservasi badak dan penambahan habitat yang mereka nilai kurang serius.

Rekomendasi Selamatkan Badak Jawa di Ujung Kulon

NGO lingkungan ini memberikan rekomendasi untuk menyelamatkan kehidupan populasi badak jawa. Ketua Auriga Nusantara Timer Manurung menyampaikan sejumlah rekomendasi. Menurutnya perlu perbaikan menyeluruh proteksi badak jawa dan TN Ujung Kulon

Balai Taman Nasional serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan harus menghitung populasi badak jawa sesuai standar akademik.

“Evaluasi menyeluruh terhadap Balai TN Ujung Kulon perlu, baik secara kelembagaan, penganggaran dan progmatik,” tandasnya.

Hal yang juga penting, lakukan penambahan habitat (second population atau second habitat) badak jawa. Selain itu juga mendorong ruang berbagai riset badak jawa. 

Penulis : Dini Jembar Wardani

Editor : Ari Rikin

Top