Berikan Badak Ruang Lebih untuk Berkembang Biak

Reading time: 2 menit
Foto: greeners.co

Jakarta (Greeners) – Dalam rangka memperingati Hari Badak Sedunia atau World Rhino Day yang jatuh pada 22 September 2015, Fakultas Biologi Universitas Nasional (Unas) dan WWF-Indonesia mengadakan berbagai kegiatan bertema badak. Kegiatan ini diselenggarakan di Loops Station, Blok M, Jakarta Selatan.

Saat ini, terdapat dua jenis badak yang ada di Indonesia, yaitu badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicherorinus sumatrensis). Kedua jenis satwa langka dan dilindungi ini dikategorikan dalam status kritis terancam punah (critically endangered species) oleh Daftar Merah IUCN dan dimasukkan dalam Daftar Apendik I oleh CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).

Dekan Fakultas Biologi UNAS, Drs. Imran S.L. Tobing M.Si., menyatakan bahwa saat ini metode untuk mencari data tentang populasi badak sudah maju dengan menggunakan kamera trap dan video. Meski demikian, fotografer alam liar, Alain Compost, menyatakan bahwa tidak mudah mengikuti badak karena satwa ini memiliki penciuman yang sangat sensitif.

“Tidak mudah mengikuti badak, harus tidak mandi supaya tidak tercium oleh badak, karena badak mengandalkan indra penciumannya yang lebih sensitif dibandingankan indra penglihatan yang hanya bisa melihat dengan jarak sekitar 2 meter. Dalam jarak tertentu jika ada manusia, badak lebih mengenali baunya dari pada penglihatannya. Untuk mengikuti badak harus diperhatikan arah angin jika tidak maka akan membuat indra penciuman badak lebih sensitif dikarenakan arah angin menuju badak itu dari si pengamat badak yang bau,” ungkapnya.

Dr. Tatang Mitra Setia selaku Peneliti dan Dosen Fakultas Biologi Unas menambahkan bahwa habitat badak sangat terbatas. “Habitat badak di tengah hutan dan di sekitar pinggiran sungai menjadi prioritas utama karena berfungsi sebagai rumahnya si badak”.

Dalam acara Hari Badak Sedunia ini, digelar berbagai acara, diantaranya diskusi tentang fotografi alam liar, pemutaran film tentang Badak di Indonesia, serta aksi kampanye melalui media sosial dan penampilan musik dari Endah N Rhesa. Hadir sebagai narasumber Sunarto ahli satwa liar dari WWF Indonesia, Tatang Mitra Setia yang merupakan Dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional, dan Alain Compost fotografer dan videografer satwa liar.

Kegiatan kali ini bertujuan untuk berbagi informasi tentang fotografi alam liar dan ekologi serta ancaman terhadap keberadaan badak di habitat alaminya. Selain itu, menggalang dukungan dari publik dan semua pihak untuk bekerjasama dalam upaya pelestarian badak di dunia, khususnya di Indonesia.

Peserta acara World Rhino Day 2015 ini berasal dari berbagai sekolah, universitas, mahasiswa pecinta alam, dan komunitas. Diantaranya, SMA Kemala Bhayangkari, Universitas Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Institut Pertanian Bogor, Indonesia Wildlife Photography, Universitas Indonesia, Universitas Islam Assyifi’iyah, Universitas Bunda Mulia, mahasiswa Pecinta Alam Stacia UMJ, dan masyarakat lainnya.

Penulis: AB

Top