Musisi Indonesia Suarakan Urgensi Lingkungan di Sonic/Panic Jakarta

Reading time: 2 menit
Musisi Indonesia suarakan urgensi lingkungan di Sonic/Panic Jakarta. Foto: IKLIM
Musisi Indonesia suarakan urgensi lingkungan di Sonic/Panic Jakarta. Foto: IKLIM

Jakarta (Greeners) – Festival musik Sonic/Panic Jakarta sukses digelar di M Bloc Space pada Sabtu (22/2). Acara ini menghadirkan sejumlah musisi tanah air yang menyuarakan urgensi perlindungan lingkungan dan isu sosial, di tengah maraknya kebijakan yang tidak berpihak pada keberlanjutan.

Festival ini merupakan hasil kolaborasi antara IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) dan M Bloc Entertainment. Mengusung tema Hutan Punah, Kota Musnah, lebih dari 500 penonton hadir di acara ini. Acara tersebut juga menampilkan berbagai musisi ternama, seperti Efek Rumah Kaca ft. Adrian Yunan, Barasuara, Endah N Rhesa, Voice of Baceprot, Navicula, REP & Tuantigabelas, Matter Mos, Petra Sihombing, Made Mawut, dan Bachoxs.

BACA JUGA: Konser Tak Ramah Lingkungan Tingkatkan Emisi dan Sampah

Sonic/Panic Jakarta hadir di tengah kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap kebijakan yang berisiko memperparah eksploitasi sumber daya alam dan deforestasi. Kebijakan tersebut juga mengancam ruang hidup masyarakat adat serta ekosistem perkotaan.

Iga Massardi, salah satu musisi yang terlibat dalam album kompilasi Sonic/Panic pertama, mengungkapkan bahwa pengalaman ini memengaruhi proses kreatifnya dalam menciptakan lagu. Ia merasa semakin terdorong untuk membahas hal-hal yang lebih nyata dan memiliki dasar yang kuat. Hal ini turut berpengaruh pada album terbaru Iga.

“Secara artistik, saya ingin menyampaikan pesan. Namun, dari sisi humanis, saya semakin menyadari bahwa setiap hal yang kita konsumsi dan gunakan sehari-hari memiliki dampak. Kesadaran ini membuat saya lebih berhati-hati dan bijak dalam memilih produk yang saya gunakan,” ujar Iga dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/2).

Sonic/Panic Terapkan Prinsip Refill dan Reuse

Sementara itu, isu pembatasan kebebasan berekspresi melalui musik yang baru-baru ini terjadi semakin menegaskan bahwa suara kritis terhadap isu sosial dan lingkungan masih menghadapi tekanan.

Tagar #IndonesiaGelap, yang mencerminkan keresahan publik terhadap situasi sosial-politik saat ini, semakin menegaskan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengawal kebijakan negara. Oleh karena itu, dalam festival ini, para musisi juga hadir untuk menyuarakan hal tersebut.

Sonic/Panic Jakarta tidak hanya menjadi ruang untuk membahas urgensi isu sosial dan lingkungan. Festival ini juga berupaya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai selama acara berlangsung.

BACA JUGA: Konser Musik Suarakan Perlindungan Terhadap Orang Utan

Untuk itu, penyelenggara menyediakan water refill station guna mengurangi ketergantungan pada botol plastik sekali pakai. Mereka juga memastikan tidak ada produk dengan kemasan plastik sekali pakai sepanjang acara, baik oleh pengunjung maupun musisi.

Selain itu, makanan dan minuman yang tersaji untuk musisi dan panitia menggunakan wadah yang dapat didaur ulang. Peralatan makan dan gelas juga dapat dipakai kembali. Bahkan, gelang panitia terbuat dari kain perca sebagai bentuk komitmen terhadap pengurangan limbah.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa industri musik dapat berperan penting dalam upaya pelestarian lingkungan. Industri musik juga berpotensi untuk menginspirasi ekosistemnya agar lebih sadar akan dampak yang timbul terhadap bumi.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top