Pegiat Lingkungan Gresik Surati Capres Soal Masalah Lingkungan

Reading time: 3 menit
Pegiat lingkungan Gresik surati capres soal masalah lingkungan. Foto: Ecoton
Pegiat lingkungan Gresik surati capres soal masalah lingkungan. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Pegiat lingkungan muda yang aktif menyuarakan isu sampah di Gresik dan Sidoarjo, Aeshnina Azzahra kembali mengirim surat atas keresahannya terhadap lingkungan. Kali ini, Aeshnina kirim surat tentang survei permasalahan lingkungan dan desakannya untuk pemulihan lingkungan kepada tiga kandidat calon presiden (capres) 2024.

Aeshnina yang kerap disapa Nina, melihat bahwa permasalahan isu krisis iklim dan kerusakan lingkungan, terutama sampah plastik tidak menjadi prioritas utama dalam visi dan misi capres. Faktanya, banyak kerusakan lingkungan yang kini terjadi. Di antaranya, Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua kelautan global. Bahkan, sampah plastik dari pulau Jawa ditemukan mengalir sampai ke Afrika.

BACA JUGA: Pegiat Lingkungan Cilik Surati Jokowi Soal Sampah Impor

Selain itu, sungai-sungai di Indonesia juga sudah banyak yang tercemar mikroplastik. Kepunahan air tawar di Indonesia menjadi yang tercepat di Asia Tenggara. Kemudian, Indonesia menjadi negara dengan lonjakan emisi karbon tertinggi di dunia, dan Jakarta menjadi salah satu kota paling tercemar udaranya di dunia.

Melihat permasalahan tersebut, Nina ingin agar para capres menangani permasalahan lingkungan secara serius. Sejak September 2023, Nina mengajak gen Z Indonesia untuk mengidentifikasi masalah lingkungan dan mengusulkan seutas harapan untuk capres.

“Sabtu siang pada 12 Januari kemarin, pelajar di SD Muhammadiyah, SD Ya Bunaya Wringinanom, dan SMAN 1 Krembung Sidoarjo akan menuliskan surat di atas kertas ukuran 2 meter dan lebar 70 cm. Kami tuliskan harapan-harapan gen Z untuk capres. Kami berharap masalah lingkungan bisa teratasi secara serius,” ungkap Nina melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (12/1).

Pegiat lingkungan Gresik surati capres soal masalah lingkungan. Foto: Ecoton

Pegiat lingkungan Gresik surati capres soal masalah lingkungan. Foto: Ecoton

Nina Laporkan Hasil Survei Pembakaran Sampah

Siswa kelas XI SMA asal Gresik ini telah melaporkan hasil survei tentang permasalahan lingkungan di sekitar masyarakat. Salah satunya, ia menuliskan tentang survei soal pembakaran sampah yang menjadi masalah lingkungan.

“Menurut survei yang saya buat menyasar siswa dan mahasiswa seluruh Indonesia, 113 dari 162 atau 69,8% orang melaporkan bahwa pembakaran sampah adalah masalah lingkungan yang paling sering mereka temui,” ungkap Nina.

BACA JUGA: Mikroplastik dan 5 Cara untuk Menghindarinya

Selain itu, 101 dari 162 atau 62,3% orang merasa permasalahan lingkungan di sekitar mereka adalah sampah yang dibuang ke sungai. Sebanyak 86 dari 162 atau 53,1% 0rang merasa desanya tidak menyediakan tempat pengolahan sampah sementara (TPS). Akibatnya, terjadi penimbunan sampah di banyak tempat.

“Bila tidak segera teratasi, ini akan merusak keseimbangan alam dan mengganggu kesehatan lingkungan,” terangnya.

Pemimpin Indonesia Perlu Memprioritaskan Lingkungan

Generasi milenial dan gen Z merupakan generasi yang paling mendominasi sebagai pemilih di pemilu 2024, yakni 56,45% dari total keseluruhan. Sebagai anak muda, Nina berharap bisa memiliki pemimpin yang sayang dengan generasi penerus Indonesia sehingga mau memprioritaskan lingkungan.

“Tidak serakah mengambil hak lingkungan untuk generasi kami dan bukan hanya pandai bicara, tapi melakukan aksi nyata. Itulah sosok pemimpin yang anak muda Indonesia inginkan,” kata Nina.

Dalam suratnya, Nina meminta agar para calon presiden mewajibkan pemerintah desa untuk menyediakan layanan pengelolaan sampah terpilah dan pengomposan. Terutama di wilayah kawasan desa, tidak hanya tersedia di kota besar.

Ia juga berharap agar capres bisa menegakkan aturan larangan pembakaran sampah dan menerapkan reduce. Kemudian, membatasi produksi plastik untuk kemasan sekali pakai, serta membersihkan udara dari polusi.

“Calon presiden yang nantinya terpilih juga perlu mewajibkan produsen untuk redesain ulang packaging plastik sekali pakai. Produsen harus menciptakan packaging guna ulang. Hal ini untuk menghentikan produksi sampah baru,” ujar Nina.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top