Jakarta (Greeners) – Dietplastik Indonesia bersama sejumlah komunitas di Asia menyelenggarakan Philippines Reuse Study Tour and Conference pada 20 Januari 2025 di Filipina. Hal itu dalam rangka merayakan Zero Waste Month. Kegiatan ini berhasil mendorong penguatan implementasi sistem guna ulang di Filipina, salah satunya dengan membentuk Philippines Reuse Consortium (PRS).
Filipina, sebagai negara kepulauan dengan banyak penduduk yang tinggal dekat pantai, berkontribusi lebih dari sepertiga (36%) sampah plastik sekali pakai di dunia. Penelitian GAIA mengungkapkan penggunaan lebih dari 164 juta sachet setiap hari di Filipina. Selain itu, Filipina juga menggunakan 57 juta tas belanja dan 45,2 juta kantong plastik setiap harinya.
BACA JUGA: DLH DKI Ajak Warga Guna Ulang Tas Spunbond di Pasar
Praktik e-commerce dan layanan antarmakanan yang berkembang pesat turut memperparah krisis ini. Dengan demikian, penting untuk mendorong solusi guna ulang sebagai langkah utama dalam mengurangi sampah plastik.
Zero Waste Campaigner Greenpeace Philippines, Marian Ledesma, mengatakan bahwa pihaknya telah menyaksikan bagaimana model guna ulang dan isi ulang berhasil mengurangi penggunaan plastik. Bahkan, memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi bagi komunitas lokal serta pelaku usaha.
“Sudah saatnya solusi-solusi ini, yang telah ada sebelum plastik sekali pakai diperkenalkan oleh perusahaan, didukung oleh dunia usaha dan pemerintah agar kembali menjadi kebiasaan di Filipina,β ungkap Marian dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/2).
Potensi Besar
Selain itu, Filipina memiliki potensi besar dalam menerapkan sistem guna ulang, dengan berbagai usaha yang menerapkan guna ulang mulai menjamur. Contohnya, Kuha sa Tingi, Juana Zero Express, Back to Basics Ecostore, dan Zero Waste Carinderia di Manila.
Sekelompok usaha ini telah membuktikan bahwa model bisnis guna ulang ini memiliki peluang besar untuk diimplementasikan. Ini adalah langkah yang sejalan dengan pelarangan penggunaan plastik di Filipina.
Chairman Mother Earth Foundation, Sonia Mendoza mengungkapkan bahwa praktik guna ulang dan isi ulang merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Filipina. Namun, praktik ini tampaknya telah terlupakan seiring dengan percepatan kehidupan modern, terutama di daerah perkotaan.
“Hal ini perlu dikembalikan ke dalam kesadaran kita dan diperkuat melalui sistem serta kebijakan penggunaan kembali,” ujar Sonia.
Sonia menambahkan, bahwa Mother Earth Foundation telah menerapkan sistem guna ulang dalam sari-sari stores (warung) dan zero waste carinderias (kantin atau warung makan). Hal ini memungkinkan konsumen untuk membeli barang dengan harga terjangkau yang sebaliknya mungkin terlalu mahal. Selain itu, sistem ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada ekonomi linier berbasis sachet.
Tur Melihat Ekosistem Guna Ulang
Philippines Reuse Study Tour and Conference telahΒ berlangsung selama tiga hari. Kegiatan ini mencakup konferensi bersama pelaku bisnis guna ulang dan pemangku kepentingan multisektoral. Selain itu, acara ini juga menyelenggarakan tur ke lapangan. Tur tersebut bertujuan untuk melihat sejauh mana ekosistem guna ulang berkembang dan dapat diterapkan di Filipina.
BACA JUGA: Studi Solusi Guna Ulang, Arah Baru Pengurangan Sampah Plastik
Dietplastik Indonesia, sebagai co-convenor Asia Reuse Consortium, menggandeng berbagai organisasi dalam kegiatan ini. Di antaranya Mother Earth Foundation, Greenpeace Filipina, GAIA Asia Pasifik, dan Break Free from Plastic.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas tantangan dan peluang dalam penerapan sistem guna ulang. Ajang ini juga untuk menunjukkan kepada para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun lokal bahwa penerapan sistem guna ulang tidak hanya mendesak. Sistem guna ulang praktis dan sangat mungkin terimplimentasi dalam upaya mencapai tujuan berkelanjutan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia