Jakarta (Greeners) – Sebanyak 35 siswa SMPN 10 Bulukumba melakukan aksi bersih pantai di Pantai Babana pada Sabtu, 14 September. Mereka mengumpulkan 116 kilogram sampah, sebagian besar berupa plastik.
Pantai Babana, yang terletak di Kecamatan Ujung Loe, Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan muara Sungai Balantieng. Pemandangan di pantai ini sangat indah. Sayangnya, masih banyak sampah yang terdampar di sepanjang pantai. Sampah tersebut sebagian besar merupakan plastik, yang berasal dari dalam kota dan daerah lain yang terbawa arus hingga bermuara di Pantai Babana.
Para siswa mengumpulkan berbagai jenis sampah plastik. Di antaranya botol minum, gelas plastik, kemasan produk personal care, popok sekali pakai, kemasan sachet, kantong kresek, dan botol kaca. Menariknya, mereka juga menemukan kemasan plastik dari Thailand dan China. Jenis plastik yang paling banyak mereka temukan adalah plastik daur ulang yang sudah rapuh dan terpecah yang berpotensi menjadi mikroplastik.
BACA JUGA: Peringati HUT Jakarta, Warga Joglo Kelola Sampah B3
Peneliti Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Amiruddin Mutaqqin menegaskan bahwa pencemaran sampah plastik di pantai dan lautan dapat mengkontaminasi ekosistem laut, termasuk ikan. Padahal, ikan merupakan makanan favorit masyarakat Bulukumba.
“Sampah plastik harus jadi perhatian serius oleh pemerintah. Langkah yang bisa pemerintah lakukan yakni menyediakan fasilitas penampungan sampah, membuat aturan pembatasan plastik sekali pakai, hingga mengajak produsen untuk bertanggung jawab terhadap sampah plastik dari kemasan yang diproduksi,” ungkap Amiruddin lewat keterangan tertulisnya, Jumat (20/9).
Konsumsi Air Kemasan Masih Tinggi
Sementara itu, tingginya jumlah sampah kemasan botol dan gelas plastik mencerminkan tingginya konsumsi air kemasan di masyarakat. Padahal, kualitas air dari mata air, sumur, dan permukaan Sungai Balantieng masih layak konsumsi.
Oleh karena itu, masyarakat perlu mengurangi konsumsi air kemasan plastik. Mereka dapat kembali menerapkan budaya minum air dari ceret atau teko dengan cangkir atau gelas pakai ulang. Sebab, itu merupakan kebiasaan tradisional setempat.
BACA JUGA: ‘Tiga Bulan Bersih Sampah’ Sudah Libatkan 2 Juta Orang
Amiruddin menambahkan, bahwa Pemerintah Daerah Bulukumba perlu membuat aturan pembatasan plastik sekali pakai untuk mencegah kebocoran sampah ke sungai dan laut. Selain itu, semua desa diharapkan menjalankan sistem pengumpulan sampah terpilah dan mengoperasikan tempat pengolahan sampah (TPS3R) di setiap desa. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai dan laut.
Ajarkan Peduli Sampah
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMPN 10 Bulukumba, Erniati Saleh, menjelaskan bahwa kegiatan bersih-bersih pantai ini untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya peduli sampah.
“Ketika sampah-sampah tidak terkelola dengan baik, akan mencemari lingkungan. Salah satunya penumpukan sampah yang terjadi di Pantai Babana ini,” kata Erniati.
Salah satu siswa, Khaera Mufliha, juga mengungkapkan kebahagiaannya dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ia merasa telah mendapatkan ilmu dan pengalaman baru.
“Meski panas, saya tetap menikmatinya. Saya tidak ingin pencemaran mikroplastik semakin banyak. Saya juga mengajak teman-teman untuk membawa botol minum sendiri dari rumah pada kegiatan ini,” kata Khaera.
Saat ini, SMPN 10 Bulukumba berkomitmen menjadi sekolah ekologis dengan membentuk kelompok pelajar peduli lingkungan. Mereka telah mengedukasi warga sekolah dan masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kemudian, menciptakan kantin sehat tanpa sachet, serta membersihkan sampah di lingkungan sekitar sekolah.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia