Aksi Massal Untuk Perubahan Iklim

Reading time: 3 menit
Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Jakarta (Greeners) – Akhir pekan kemarin, suasana car free day di bilangan Sudirman-Sarinah Thamrin, Jakarta, terlihat tidak biasa. Sebuah karnaval beserta pawai dan panggung tentang aksi selamatkan bumi terlihat sangat mendominasi hingga menarik perhatian masyarakat yang sedang berolahraga maupun sekadar berjalan-jalan pagi di sana.

Usut punya usut, ternyata karnaval dan panggung tersebut adalah aksi yang dilakukan oleh sekumpulan organisasi peduli lingkungan dalam menyambut momen Konferensi Perubahan Iklim yang akan dilakukan pada tanggal 23 September 2014 di New York, Amerika.

Koordinator pawai iklim massal dari komunitas 350.org Indonesia, Suratno Kurniawan menjelaskan, bahwa melalui pawai iklim massal ini masyarakat ingin menyerukan tindakan yang nyata melalui “Action. Not Words!” kepada semua orang, terlebih kepada Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi).

“Kami menyampaikan aksi ini sebagai pengingat bagi semua orang, khususnya Pak Jokowi, untuk melakukan tindakan nyata sesegera mungkin karena krisis iklim sudah sangat parah,” ujarnya saat menggelar aksi pawai massal di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (21/09).

Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Ine Febriyanti turut ambil bagian dalam aksi pawai untuk perubahan iklim. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Selain Indonesia, aksi pawai dan karnaval ini juga dilakukan oleh masyarakat dunia. Tercatat ada 2.000 kegiatan yang dilakukan di lebih dari 150 negara untuk mengawal Konferensi Perubahan Iklim yang akan dipimpin langsung oleh Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-bangsa, Ban Ki-Moon.

Saat ditanya mengapa Indonesia harus terlibat dalam aksi massal untuk perubahan iklim, Koordinator 350.org untuk Asia Tenggara, Zeph Repollo mengatakan, Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki banyak keragaman hayati yang seharusnya bisa memakmurkan rakyatnya.

Namun yang terjadi saat ini, lanjut Zeph, Indonesia malah menjadi negara eksportir batubara terbesar di dunia. Sumber daya alam banyak diekploitasi untuk kepetingan industri. Bahkan, tambahnya, Kalimantan Timur menjadi salah satu propinsi dengan ijin dan lokasi batubara terbanyak di Indonesia.

“Kira-kira sekitar 1.400 ijin usaha tambang batubara dan 71% luas kawasan Samarinda dikapling untuk batubara,” jelas Zeph.

Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Aksi pawai iklim massal ini diikuti oleh ratusan orang dengan kemasan yang sangat kreatif dan melibatkan puluhan komunitas serta seniman Indonesia. Instalasi besar berbentuk kepala bumi yang menggambarkan bahwa bumi telah rusak pun ikut diarak mengitari bunderan Hotel Indonesia.

Selain itu, seniman seperti Aman Percussion, Ine Febriyanti, Marjinal, Simponi, dan Longbed turut menyampikan aksi kepedulian mereka terhadap isu perubahan iklim dengan menampilkan musikalisasi puisi dan penampilan panggung yang menghibur sekaligus menyuarakan kepada anak muda untuk mulai peduli terhadap lingkungan.

“Indonesia harus diselamatkan, bumi kita harus diselamatkan, itu yang sedang kita lakukan sekarang. Bertindak sekarang dan bukan hanya diam atau cuma ngomong doang,” tegas Mike, vokalis dari dedengkot band punk Indonesia, Marjinal.

Sebagai informasi, selain 350.org, kegiatan aksi pawai iklim massal ini juga melibatkan Jaringan Advokasi Tambang, Wahana Lingkungan Hidup, Arus Pelangi, SHI Jakarta, LS-ADI, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, Forum Relawan Penanggulangan Bencana Alam, Transformasi Hijau, Marjinal, Simponi, Himakotas, Bingkai Indonesia, Komunitas Kampung Hijau Indonesia, Sirkus Perkusi, Aman Percussion, dan sebuah grup musik yang diinisiasi oleh salah satu pemeran utama film dokumenter Jalanan, Boni yaitu Longbed.

(G09)

Top