IFISH Kuatkan Tata Kelola Sumber Daya Perikanan Perairan Darat

Reading time: 3 menit
Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Foto: FAO/Des Syafrizal
Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Foto: FAO/Des Syafrizal

Jakarta (Greeners) – Proyek IFISH kerja sama Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) dan Food and Agriculture Organization (FAO) akan berakhir pada 2024 mendatang. Tata pengelolaan sumber daya perikanan perairan darat semakin kuat berkat IFISH, demi pelestarian ikan darat yang makin terancam punah.

Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Selain itu, proyek ini juga fokus dalam pemanfaatan berkelanjutan pada praktik perikanan darat. Khususnya, di ekosistem perairan darat yang bernilai konservasi tinggi.

Proyek sejak 2017 ini memiliki lima wilayah demonstrasi di Indonesia dengan target ikan bernilai tinggi di masing-masing wilayah. Di antaranya, sidat di Jawa (Sukabumi dan Cilacap), arwana dan perikanan beje di Kalimantan (Barito Selatan dan Kapuas), serta belida di Sumatera (Kampar).

BACA JUGA: Peringati Hari Pangan, FAO Ajak Pemuda Ikut Water Action Camp

“Perkembangan dari IFISH hingga saat ini pilar dari project IFISH, sudah ada beberapa yang sudah kami pasangkan, tonggak-tonggak untuk pengelolaan perikanan perairan darat. Misalnya, sudah ada kebijakan dari sistem pendataan,” ucap National Project Manager IFISH Project, Sudarsono kepada Greeners, Jumat (3/11). 

Dengan melakukan praktik di lima kabupaten Indonesia, Sudarsono berharap agar praktik tersebut bisa diterapkan untuk daerah lain. Misalnya, Kabupaten Sukabumi, kini beberapa kabupaten telah meniru praktik pengelolaan perikanan perairan darat.

“Kami berharap tidak selesai di sini. Jadi, siapa pun lembaga perseorangan, bisa ikut andil pengelolaan perairan ikan darat ke depannya. Ini bagus dilanjutkan saja, proyek ini sangat besar. Sehingga, bisa langsung mendobrak banyak hal. Lalu, perikanan perairan darat tidak terlupakan lagi seperti sebelum-sebelumnya,” ujar Sudarsono. 

IFISH Kuatkan Regulasi dan Edukasi

Perencana Ahli Madya Pusat Riset Perikanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDMKP KKP, Tri Handanari mengatakan proyek IFISH telah menguatkan regulasi dan edukasi. Terutama dalam hal penangkapan ikan oleh masyarakat.

“Kami mulai komponen satu memperkuat regulasi di pusat dan di daerah. Jadi, regulasi di pusat diperkuat nanti implementasi turunannya itu menjadi regulasi di daerah. Misalnya, belida di Kampar sudah masuk ke perlindungan penuh tidak boleh ditangkap. Sehingga, kami memberikan edukasi dan memperkuat regulasi,” kata Handanari. 

Adapula komponen lainnya dalam proyek ini. Salah satunya praktik terbaik untuk mengimplementasikan inovasi teknologi oleh KKP. Tujuannya untuk peningkatan ekonomi dan nilai tambah dengan tetap menjaga keberlanjutan. 

Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Foto: FAO

Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Foto: FAO

30% Perempuan akan Diberdayakan

Sementara itu, Handanari menambahkan bahwa target IFISH sebesar 30%, perempuan di lokasi tersebut akan diberdayakan berdasarkan kemampuan teknologi pengolahan. Sehingga, dapat menghasilkan nilai tambah dari ikan di wilayah masing-masing.

“Kemudian, untuk di Kapuas dan Barito Selatan, kami melakukan pengelolaan beje di lahan gambut. Dia memanfaatkan cekungan di lahan gambut pada saat hujan ikan masuk ke cekungan. Kemudian, pada saat surut, ikan tetap di cekungan lalu dibesarkan,” imbuh Handanari. 

BACA JUGA: FAO Dorong Petani dan Nelayan Jadi Agen Pengelolaan Air

Di samping itu, ikan sidat mendominasi wilayah Cilacap dan Sukabumi. Kini, pembesarannya atau budidayanya telah berhasil.

“Jadi, bagaimana kami memperkuat regulasi di daerahnya. Kemudian, kami mengedukasi para nelayan. Kami juga memberdayakan masyarakat untuk pengolahannya,” ungkap Handanari. 

Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Foto: FAO

Proyek IFISH mengusung nilai-nilai konservasi keanekaragaman hayati perairan darat. Foto: FAO

Komunitas Pemancing Bantu Penegakan Hukum

Keterlibatan masyarakat lokal, khususnya komunitas pemancing dan nelayan ini memiliki andil yang besar untuk mendukung kelestarian ekosistem perairan ikan darat. Begitu pun dukungan pemerintah daerah yang memberikan dorongan terhadap pemanfaaatan sumber daya di Kabupaten Sukabumi.

“Dari sisi pengawasan dan penegakan hukum, kami terbantu sekali dengan adanya pelatihan yang sudah kami berikan ke komunitas pemancing nelayan. Jadi, sekarang mereka percaya diri untuk melakukan penegakan hukum, apalagi ada peraturan daerah yang sudah pemerintah daerah sahkan,” ujar Field Officer IFISH Kabupaten Sukabumi, Imron Rosadi. 

Selain itu, dalam proyek ini juga terbentuk kelompok kelompok kerja (pokja). Dengan adanya pokja, para tim IFISH juga lebih mudah menjangkau komunitas di tingkat desa yang di dalamnya terdiri dari satgas konservasi maupun komunitas pemancing dan nelayan.

“Ekosistem pemberdayaan ikan bisa ter-monitoring, jadi saya bisa tahu. Termasuk maraknya racun nyetrum juga menurun angkanya, karena komunitas banyak mengeluhkan ke dinas,” ungkap Imron. 

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top