Jepang Didesak Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Reading time: 3 menit
Ecoton mendesak pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Foto: Ecoton
Ecoton mendesak pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) mendesak pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Menurut Ecoton, masuknya sampah plastik ini melalui penyelundupan pada aktivitas impor kebutuhan bahan baku kertas bekas di Jawa Timur.

Jepang merupakan negara eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman. Berdasarkan data dari UN Comtrade, mulai dari tahun 2020 sampai 2023 menyatakan Jepang telah mengirimkan sampah plastik ke Indonesia dengan rata-rata 1,5 juta kilogram per bulan.

Temuan sampah impor ini juga terdapat di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, dan di dua desa Kabupaten Sidoarjo yang menjadi dumpsite sampah, yaitu Desa Gedangrowo dan Desa Bangun.

“Pengiriman sampah plastik ke negara-negara berkembang seperti Indonesia ini bukan hanya tindakan tidak etis, melainkan juga menciptakan dampak serius bagi ekosistem sungai dan kesehatan,” ujar Divisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah lewat keterangan tertulisnya, Kamis (4/4).

BACA JUGA: ECOTON Bentuk Sakenah, Generasi Peduli Sampah

Berdasarkan investigasi Ecoton, presentase sampah plastik dan sampah rumah tangga sebesar 30%. Data dari UN Comtrade terkait Paper Waste Exporters to Indonesia 2022 juga menunjukkan Jepang mengirimkan 235.203 ton sampah kertas ke Indonesia.

Hal ini menjadi salah satu dari enam negara pengirim sampah kertas terbesar di Indonesia. Data Statista mengungkapkan Jepang telah mengirimkan 12,46 juta kilogram sampah plastik sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 10,67 juta kilogram sampah plastik.

Ecoton mendesak pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Foto: Ecoton

Ecoton mendesak pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Foto: Ecoton

Jepang Harus Tanggung Jawab Atas Sampahnya

Melihat petaka buruk tersebut bagi lingkungan Jawa Timur, Ecoton meminta Jepang harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat sampahnya. Apalagi, sampah itu yang telah mencemari air dan udara di Jawa Timur.

“Jepang sebagai negara maju memiliki tanggung jawab moral untuk memperlakukan sampahnya secara bertanggung jawab dan menghormati hak asasi manusia. Sebab,  masyarakat Jawa Timur juga butuh akses air bersih dan sehat bebas dari mikroplastik,” kata Deputi Eksternal dan Kemitraan Ecoton Foundation, Azis.

Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini menyatakan Jepang sebagai negara kaya dan maju seharusnya memiliki kemampuan lebih baik dalam mengolah dan mendaur ulang sampah plastik.

BACA JUGA: Ecoton Ajak Masyarakat Lihat Wujud Mikroplastik Lewat Mikroskop

Menurut Daru, Jepang harus menghentikan penjajahan pencemaran plastik ke negara berkembang. Kemudian, Jepang harus berhenti mengirim sampah plastik untuk daur ulang. Sebab, daur ulang plastik tidak aman dan mengorbankan kesehatan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

“Daur ulang melepas emisi karbon yang sangat besar. Sebab, plastik terbuat dari minyak bumi dan mengandung bahan aditif kimia yang sangat toksik. Bahkan, dapat mengganggu hormon dan memicu kanker yang mengancam kehidupan dan meracuni ekosistem di Indonesia,” ujarnya.

Ecoton bersama gabungan sekelompok mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal untuk mendorong pemerintah Jepang segera menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia. Sebanyak 20 aktivis muda itu membawa tumpukan sampah plastik impor dari Jepang yang digelar di depan pintu gerbang. Aksi ini sebagai bentuk protes atas masuknya sampah Jepang di Indonesia.

Sampah Impor Racuni Sungai di Jawa Timur

Sampah plastik impor ini membawa petaka buruk bagi lingkungan dengan ancaman kontaminasi mikroplastik dan racun pengganggu hormon di sungai Indonesia. Terutama di Sungai Brantas yang menjadi sumber air baku PDAM di Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo.

Sementara itu, penelitian Ekspedisi Sungai Nusantara 2022 menyatakan bahwa Sungai Brantas menjadi sungai yang paling terkontaminasi mikroplastik di antara 68 Sungai Strategis Nasional di seluruh Indonesia.

“Sampah impor ini masuk karena pabrik kertas, ada 12 pabrik kertas yang memanfaatkan bahan baku sampah impor. Pabrik itu membuang limbah cair bercampur mikroplastik ke Sungai Brantas,” tegas Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti.

Sampah plastik impor ini ternyata ada yang berakhir di pabrik pembuatan tahu Tropodo. Penelitian Ecoton 2023, air, udara, tahu di daerah Tropodo positif terkontaminasi mikroplastik. Belum lagi, asap dari pembakaran sampah plastik juga dapat memicu terlepasnya senyawa dioksin dan furan. Keduanya merupakan senyawa karsinogen yang memicu kanker dan paru-paru.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top