KLHK Akan Kirim Tim untuk Pantau Petisi Pesut Mahakam

Reading time: 2 menit
Ikan pesut. Foto: wikimedia.org

Jakarta (Greeners) – Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) mengirimkan petisi penghentian transport ponton batubara di anak-anak Sungai Mahakam. Petisi ini muncul karena semakin meningkatnya produksi batubara di sungai tersebut, dari empat juta ton menjadi 20 juta ton serta pemberian izin pengangkutan lewat Sungai Kedang Kepala telah mengakibatkan terganggunya habitat Pesut Mahakam. Sungai Kedaung Kepala sendiri merupakan sungai kedua habitat utama Pesut Mahakam yang diduga terganggu oleh aktivitas transport ponton ini.

Menurut studi yang telah dilakukan oleh Yayasan Konservasi RASI dari tahun 1999 hingga sekarang menunjukkan bahwa populasi pesut telah diambang kepunahan dengan jumlah populasi kurang dari 90 ekor. Studi lain juga menunjukkan bahwa hanya tersisa tiga dari lima anak sungai yang dulunya dapat dipergunakan oleh pesut tanpa gangguan ponton batubara, namun saat ini hampir tidak ditemukan lagi populasinya di tiga anak sungai tersebut.

Anak-anak sungai ini dipergunakan pesut untuk mencari makan, bermain-main, kawin dan melahirkan, sementara Sungai Mahakam lebih banyak dipakai oleh pesut untuk berenang dari satu muara anak sungai ke muara anak sungai lainnya. Dikarenakan ponton mengeluarkan suara kebisingan yang melebihi 80 desibel dan sangat mengganggu pesut, maka pesut lebih memilih untuk menghindar dan tidak masuk anak sungai tersebut.

Menanggapi petisi tersebut, Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan akan mempelajari petisi yang telah ditandatangani oleh lebih dari 18.000 pendukung ini. Untuk selanjutnya, kata Siti, ia akan meminta Direktur Jendral Penegakan Hukum Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan survei dan pemantauan terhadap laporan masyarakat ini.

“Pada dasarnya petisi-petisi seperti itu saya perhatikan dan apalagi kalau jumlahnya banyak. Dalam waktu dekat saya langsung minta Dirjen Gakkum untuk kirim tim ke sana,” katanya kepada Greeners, Jakarta, Sabtu (12/03).

Sebagai informasi, suara bising yang dimaksud oleh Yayasan Konservasi RASI tersebut dapat menghalau pantulan sonar pesut sehingga membuatnya sulit berorientasi dan dapat berakibat ditabrak ponton. Apalagi untuk mencari makan, sudah tidak dapat dilakukan lagi. Studi genetis juga telah membuktikan bahwa DNA pesut sudah berbeda secara signifikan dengan jenis terdekat yang berada di pesisir seperti muara Mahakam, Teluk Balikpapan dan daerah atau negara lainnya.

“Ironisnya pada saat pesut sudah lebih banyak dikenal dan disayangi oleh publik umum, tantangan menghadapi ancaman malah bertambah lebih banyak oleh kebijakan pemerintah yang tidak mendukung upaya kelestariannya,” ungkap Yayasan Konservasi RASI dalam petisi tersebut. Perkembangan petisi ini dapat dipantau di laman www.change.org.

Penulis: Danny Kosasih

Top