PUPR Siapkan Proyek Normalisasi Sungai Ciliwung untuk Kurangi Run Off

Reading time: 2 menit
pupr
Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kemen PUPR Jarot Widyoko pada peringatan Hari Ciliwung di Kantor Gerakan Ciliwung Bersih, Jakarta, Minggu (25/11/2018). Foto: greeners.co/Dewi Purningsih

Jakarta (Greeners) – Alih fungsi lahan di sepanjang aliran Sungai Ciliwung menyebabkan berbagai permasalahan, mulai dari mengecilnya ruang sungai, sedimentasi, polusi sampah, bau dan banjir. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memiliki berbagai program dan proyek seperti normalisasi sungai, operasi dan pemeliharaan, sumur resapan, pembangunan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi, dan proyek sodetan Kali Ciliwung.

“Terdapat berbagai isu yang terjadi pada DAS Ciliwung, seperti banyaknya alih fungsi lahan yang mengakibatkan tingginya ran off (air aliran permukaan) pada Sungai Ciliwung, sehingga pada musim hujan debit airnya sangat tinggi tetapi pada musim kemarau debit airnya akan turun drastis. Selain itu banyak bangunan yang berdiri di sekitar kawasan Sungai Ciliwung dan masih adanya budaya masyarakat yang masih membuang sampah di sungai-sungai,” kata Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kemen PUPR Jarot Widyoko pada peringatan Hari Ciliwung di Kantor Gerakan Ciliwung Bersih, Jakarta, Minggu (25/11/2018).

Sungai Ciliwung mempunyai bentangan hulu yang berada di Bogor meliputi Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Cisarua hingga kawasan hilir di pantai utara Jakarta. Panjang sungai ini kurang lebih 109,7 kilometer dan luas DAS kurang lebih 337 kilometer persegi.

BACA JUGA: Hari Ciliwung 2018, Kondisi Sungai Ciliwung Semakin Baik 

Jarot menjelaskan bahwa naiknya run off ini akibat dari perubahan ahli fungsi lahan. Air hujan langsung masuk ke sungai sehingga mengakibatkan terjadinya banjir karena sedimentasinya makin banyak, sungai mengecil dan semakin dangkal.

“Contoh, di daerah DKI kalau sungainya tidak bisa menampung air kita lakukan normalisasi, dibuatkan tanggul dan melakukan perbaikan struktur karena mulai dari TB. Simatupang sampai hilir sudah tidak mampu menampung debit yang mengalir dari hulu. Kalau tidak dibuat tanggul, risikonya akan melebar ke kanan kiri pemukiman masyarakat,” ujar Jarot.

Jarot juga mengatakan untuk perbaikan non struktur akan dikoordinasikan dengan pemerintah Jawa Barat untuk memperkecil run off agar air masuk ke dalam tanah dan sumur juga akan terjaga.

Selain itu, ada pula proyek pembuatan sodetan Kali Ciliwung senilai 429 miliar yang diharapkan bisa mengurangi volume air di Sungai Ciliwung sebanyak 60 meter kubik per detik. Menurut data PUPR, rata-rata debit air di Ciliwung mencapai 570 meter kubik per detik. Dengan adanya sodetan ini maka debit air Ciliwung bisa dikurangi menjadi 510 meter kubik per detik.

“Bila proyek ini selesai harapannya bisa mengurangi potensi banjir di Jakarta. Airnya akan dialirkan ke Cipinang dan Banjir Kanal Timur (BKT) tapi baru terlaksana 5% karena adanya bangunan di sekitar kawasan Ciliwung yang saat ini pembebasan lahannya masih tersendat dan baru berjalan 40%,” ungkap Jarot.

BACA JUGA: Menteri LHK Tetapkan SK Daya Tampung Beban Pencemaran pada Sungai 

Berdasarkan data PUPR, proyek yang saat ini dikerjakan adalah saluran menuju tempat pembuangan air di sisi BKT sepanjang 600 meter. Sementara sisanya 600 meter lagi akan dilanjutkan pengerjaannya bersamaan penyelesaian pembebasan lahan di bagian inlet (tempat masuk air) yang berlokasi di sisi Sungai Ciliwung berseberangan dengan kawasan Gudang Peluru Asem Baris, Jakarta Timur.

Penyelesaian proyek sodetan Ciliwung ini masih terkendala pembebasan lahan seluas kurang lebih 1 hektar di wilayah Bidara Cina, Jakarta Timur. Lokasi tersebut merupakan tanah negara namun diduduki oleh warga.

“Dari tahun 2016 hingga 2018 telah dilakukan inventarisasi daerah sepanjang Sungai Ciliwung yang akan ditetapkan melalui Kementerian PUPR. Harapannya melalui peringatan Hari Ciliwung 2018 ini, kami mengajak masyarakat untuk berperan aktif mendukung program dan proyek pemerintah serta mengubah budaya membuang sampah di sungai. Masyarakat juga perlu diedukasi betapa pentingnya kita menjaga Sungai Ciliwung agar tetap bersih, sehat, asri dan lestari agar sungai dapat bermanfaat di kehidupan manusia masa kini maupun masa mendatang,” pungkas Jarot.

Penulis: Dewi Purningsih

Top