Kini, menginjak 19 tahun pelaksanaannya, PBB menekankan perayaan hari air se-dunia tahun 2012 fokus terhadap pentingnya ketersediaan air bagi suplai pangan masyarakat dunia melalui tema Water And Food Security; Keamanan Air dan Pangan.
Menurut unwater.org, statistik menyebutkan bahwa setiap orang meminum sekitar dua hingga empat liter air dalam satu hari, akan tetapi sebagian besar dari air yang kita “minum” justru terkandung pada makanan yang kita konsumsi.
Hal diatas membuktikan bahwa antara air dengan ketersediaan pangan tentunya memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai contoh dalam memproduksi 1 kilo daging sapi, akan menghabiskan 15.000 liter air sementara 1 kilo gandum akan “meneguk” sekitar 1500 liter air dalam produksinya.
Begitu pula dengan keamanan pangan bagi kehidupan manusia, yang tentunya dapat diraih ketika manusia memiliki akses secara fisik dan ekonomi terhadap sumber air yang layak.
Ketika penduduk dunia berjumlah 2,5 miliar jiwa pada kurun 1950-an, akses terhadap air bersih masih relatif tercukupi dan sedikit di antaranya yang cemas dilanda kekurangan air. Akan tetapi ketika penduduk dunia mencapai 7 miliar, akses terhadap air bersih menjadi masalah di berbagai tempat di dunia. Apalagi dengan modernisasi agrikultur lewat Revolusi Hijau yang mendorong produktivitas pangan yang menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya pasokan air.
Apalagi populasi dunia diperkirakan meningkat menjadi 9 milyar jiwa di tahun 2050; kawasan pertanian dengan irigasi meningkat dua kali lipat dan kebutuhan air naik tiga kali lipat. Sementara sekarang sudah lebih dari satu miliar penduduk dunia yang pergi tidur dalam keadaan lapar setiap malam, sebagian di antaranya kekurangan air untuk menanam tanaman pangan.
Di negara-negara seperti Brazil, Kanada, Kolombia, Kongo, Indonesia dan Rusia—untuk kebutuhan industri diperlukan 60 persen pasokan air nasional. Air dinilai berdasarkan peruntukannya. Tidak hanya untuk tanaman pangan, tetapi juga untuk menghasilkan produk, dari microchip hingga girder baja. Penggunaan air terbanyak ada proses pendinginan untuk menghasilkan listrik dari tenaga termal, juga air dipakai untuk pengeboran, penggalian, produksi bahan bakar minyak dan etanol. Proses produksi listrik hidro mengkonsumsi air (setelah mendorong turbin, sebagian dikembalikan ke sungai), tetapi lebih banyak lagi diperlukan untuk mengekstrak minyak bumi (The Economist, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melansir korban meninggal dunia karena masalah air (waterborne disease) di dunia mencapai 3.400.000 jiwa/ tahun. Dari semua kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan pencabut nyawa terbesar yaitu 1.400.000/tahun. Korban umumnya anak-anak dan persebaran paling banyak di Afrika dan Asia. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah total korban perang, terorism, dan senjata perusak massal.
“Sementara sekarang sudah lebih dari satu miliar penduduk dunia yang pergi tidur dalam keadaan lapar setiap malam, sebagian di antaranya kekurangan air untuk menanam tanaman pangan”












































