Jakarta (Greeners) – Lebih dari 140 organisasi masyarakat sipil yang menjadi pengamat (observers) mengadakan konferensi pers di luar sesi kelima Intergovernmental Negotiating Committee (INC-5). Mereka mendesak para negosiator untuk menunjukkan keberanian dan tidak berkompromi di bawah tekanan negara-negara dengan ambisi rendah, untuk mengakhiri polusi plastik yang mengancam masa depan planet ini.
Pernyataan tersebut mencakup tujuh paragraf, di antaranya yang menyebutkan, “Hanya tersisa 36 jam dari jadwal negosiasi perjanjian global untuk mengakhiri polusi plastik. Namun, saat ini, kita melihat negara-negara yang berambisi rendah berupaya menggagalkan negosiasi. Sementara, negara-negara yang menjanjikan ambisi tinggi, seperti anggota Koalisi Ambisi Tinggi (High Ambition Coalition atau HAC) dan yang duduk dengan nyaman sebagai kelompok mayoritas, berjalan sambil tidur menuju perjanjian yang tak akan bernilai apa pun.”
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh aktivis lingkungan cilik asal Indonesia, Aeshnina Azzahra Aqilani (Nina), di Busan, Korea Selatan pada Jumat (29/11) atau dua hari sebelum negosiasi ini berakhir.
BACA JUGA: 500 Aktivis Unjuk Rasa di Busan Desak Pemimpin Dunia Akhiri Polusi Plastik
Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) telah memberikan laporan terkini tentang agenda INC-5. Berdasarkan pengamatan mereka, kemajuan negosiasi perjanjian plastik global masih diwarnai tantangan besar. Salah satunya adalah taktik penundaan oleh negara-negara produsen minyak dan gas yang menghambat kemajuan perundingan.
Pada hari pertama plenary, pembahasan masih berkutat pada dokumen dasar yang akan menjadi landasan negosiasi, serta kesepakatan mengenai kerangka negosiasi.
Center for International Environmental Law (CIEL) juga mencatat terdapat 220 pelobi dari industri bahan bakar fosil dan petrokimia yang terdaftar dalam INC-5. Angka ini merupakan jumlah terbesar dalam sejarah negosiasi perjanjian plastik.
Belum Ada Keseriusan Mengakhiri Polusi Plastik
Sementara itu, di Indonesia, AZWI juga menilai bahwa pemerintah tidak ambisius dalam negosisasi ini. Menurut mereka, pemerintah tidak memperlihatkan keseriusan pada upaya mengakhiri polusi plastik secara sistematis pada keseluruhan siklus hidup plastik.
Sebagai bagian dari generasi muda, Nina mendesak pemerintah untuk mendorong pembatasan produksi plastik dan menghentikan impor sampah plastik.
Selain itu, Nina juga menekankan perlunya penegakan hukum terkait pengendalian penggunaan plastik sekali pakai. Ia mengingatkan bahwa Indonesia semakin terkontaminasi oleh mikroplastik dan bahan kimia berbahaya yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan.
BACA JUGA: Perjanjian Plastik Global Perlu Perkuat Solusi Guna Ulang
“Kami anak Indonesia berhak tinggal di lingkungan yang sehat dan bersih dari pencemaran plastik. Kami menuntut pemerintah serius menanggapi krisis plastik sekarang juga. Jangan sampai generasi Anda menjadi generasi perusak masa depan kami,” kata Nina.
AZWI juga mendesak pemerintah untuk berani mengambil posisi yang lebih kuat dan ambisius pada proses negosiasi yang sedang berjalan. Hal itu dengan menunjukkan keberpihakannya pada lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia