Potensi Longsor Jabar, KLHK Himbau Pembangunan Kawasan Puncak

Reading time: 2 menit
Ilustrasi Longsor, Foto : greeners.co

Jakarta (Greeners) – Intensitas curah hujan yang cukup tinggi dalam beberapa minggu terakhir berpotensi pada terjadinya banjir dan longsor di beberapa kawasan khususnya daerah Puncak Jawa Barat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyoroti hal ini melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung dalam sebuah media briefing di Jakarta.

“Terjadinya longsor di Puncak merupakan hal yang biasa, tidak ada yang istimewa, tetapi kejadian akhir-akhir ini memang lebih besar, yaitu pada lima titik longsor yang berada di Gunung Mas, Grand Hill, Riung Gunung, Widuri, dan Atta’Awun.

Tipe longsor yang terjadi di Puncak merupakan tipe Translasi tidak ada rayapan, pergerakan blok, rotasi dan lain sebagainya. Jadi tanahnya merata ke bawah,” ujar Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliras Sungai dan Hutan Lindung, Hilman Nugroho, di Manggala Wanabakti Jakarta, (07/02).

BACA JUGA: 5 Cara Tetap Sehat Selama Musim Hujan

Hilman menjelaskan, hujan yang terjadi dalam 3 hari terakhir menjadi pemicu utama terjadinya longsor. Hasil pengukuran pada Pos Hujan Citeko menunjukkan curah hujan pada daerah Puncak mencapai 150mm/hari. Pembukaan jalan membentuk tebing-tebing curam di atas 75 derajat yang memiliki struktur tanah yang lemah akibat pemotongan lereng sehingga rawan terjadi longsor.

Medium longsor di wilayah Riung Gunung menyebabkan tertutupnya jalan dan beberapa warung di pinggir jalan terbawa longsor. Sama halnya dengan di Gunung Mas, tutupan lahan pada area longsor berupa semak belukar yang tumbuh pada pangkasan tebing (pembukaan jalan) dengan kemiringan lebih dari 75 derajat. Longsoran dan singkapan batuan menunjukkan jenis tanah andosol dengan ketinggian mencapai 1100 sampai 1300 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliras Sungai dan Hutan Lindung Hilman Nugroho (Kiri) ,Kabiro Humas KLHK Djati Witjaksono (kanan) , Foto : greeners.co

Selain itu, penyebab longsor juga ada yang disebabkan oleh faktor manusia, yaitu perencanaan tata ruang yang belum optimal, keterlanjuran aktivitas manusia di Kawasan lindung, kurangnya kesadaran masyarakat, pemotongan tebing untuk jalan, bergesernya tanah urugan, drainase yang belum optimal karena beralihnya lahan fungsi, kegagalan struktur dinding tanah, dan penegakan hukum di setiap sektor.

BACA JUGA: Banjir Jawa Barat Bukan Karena Curah Hujan yang Tinggi 

“Untuk penyebab yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti beralihnya fungsi lahan untuk pembangunan di lereng-lereng harus segera direvisi oleh tata ruang di Bogor yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Kalau kondisinya Kawasan Lindung, ya harus ditetapkan sebagai Kawasan Lindung,” tegas Hilman.

Untuk menindaklanjuti akibat longsor KLHK akan melakukan peninjauan tata ruang dengan detail berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS), pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Lindung (RHL) dan pembuatan Konservasi Tanah dan Air (KTA) pada hulu dalam atau luar kawasan hutan, lokasi kebun teh yang mempunyai kelerengan tinggi agar diperkaya dengan penanaman pohon yang memiliki perakaran dalam (agroforestry), dan sosialisasi, penyuluhan, serta Penegakan Hukum.

Penulis: Dewi Purningsih

Top