Operasi Modifikasi Cuaca Kurangi Intensitas Hujan di Jakarta 50-60 Persen

Reading time: 2 menit
Operasi modifikasi cuaca kurangi intensitas hujan di Jakarta. Foto: BMKG
Operasi modifikasi cuaca kurangi intensitas hujan di Jakarta. Foto: BMKG

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta untuk melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) pada 1-6 Februari 2025. Operasi ini berhasil menekan intensitas hujan di Jakarta dan sekitarnya hingga 50%-60%.

Tujuan utama OMC adalah untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi ekstrem yang sering terjadi pada puncak musim hujan. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menjelaskan bahwa selama enam hari pelaksanaan, OMC juga memperkirakan curah hujan akan tetap rendah dalam beberapa hari ke depan.

BACA JUGA: Operasi Modifikasi Cuaca Kurangi Intensitas Hujan hingga 67%

β€œOMC kali ini melakukan delapan sorti penerbangan dengan total durasi penerbangan 19 jam 31 menit. Adapun bahan baku NaCl untuk disemai adalah 6,4 ton,” kata Seto, Minggu (9/2).

Rute penerbangan selama OMC lebih banyak menyasar wilayah barat, barat daya, dan barat laut. Mereka fokus melakukan penyemaian pada titik-titik wilayah yang berpotensi menghasilkan hujan berdasarkan analisis tim BMKG.

Operasi modifikasi cuaca kurangi intensitas hujan di Jakarta. Foto: Freepik

Operasi modifikasi cuaca kurangi intensitas hujan di Jakarta. Foto: Freepik

OMC Berhasil dan Berjalan Baik

Pelaksanaan OMC di Jakarta terpantau berjalan dengan baik dan lancar. Plt. Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo mengatakan bahwa yang terpenting operasi ini berhasil menekan ekstremitas curah hujan di wilayah Jakarta. Bahkan, menyebabkan penurunan presipitasi curah hujan.

Budi menjelaskan bahwa keberhasilan OMC ini merupakan hasil kerja kolaboratif antara BMKG, BPBD DKI Jakarta, TNI AU, dan PT RAI. Dengan regulasi dan ekosistem yang ada, OMC dapat BMKG laksanakan. Selain itu, operator swasta juga dapat melakukan OMC dengan pendampingan BMKG.

β€œDengan hasil yang cukup efektif, harapannya OMC menjadi salah satu cara dalam memitigasi potensi bencana hidrometeorologi di Jakarta dan mampu mengurangi risiko yang dapat membahayakan masyarakat,” pungkasnya.

Bibit Siklon Tropis Aktif Mengepung Indonesia

Sementara itu, BMKG melaporkan bahwa Indonesia saat ini terkepung dua bibit siklon tropis aktif. Hal ini berdampak signifikan terhadap cuaca di berbagai wilayah.

Berdasarkan analisis BMKG per 2 Februari 2025, dua bibit siklon tropis aktif teridentifikasi di sekitar wilayah selatan Indonesia. Bibit Siklon 99S tumbuh di Samudra Hindia selatan Banten, dan Bibit Siklon 90S tumbuh di selatan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sedangkan bibit Siklon 96P yang sebelumnya terbentuk di sekitar Teluk Carpentaria telah meluruh menjadi sirkulasi tekanan rendah dan masuk daratan benua Australia. Meskipun demikian, siklon ini masih berkontribusi dalam membentuk pola cuaca di Indonesia.

BACA JUGA: Antisipasi Cuaca Ekstrem, BNPB Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca

Meskipun kedua bibit siklon aktif, yaitu 99S dan 90S, diprediksi bergerak ke arah barat daya, mereka akan menjauhi wilayah Indonesia. Namun, dampak tidak langsungnya tetap terasa. Hal ini dapat memicu peningkatan curah hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa kehadiran dua bibit siklon tropis yang masih aktif, serta satu bibit yang telah meluruh, meningkatkan dinamika atmosfer pada periode puncak musim hujan ini.

“Kombinasi antara bibit siklon, fenomena La NiΓ±a lemah, Monsun Asia, Seruak Udara Dingin dari Dataran Tinggi Siberia, dan aktivitas gelombang atmosfer, serta Madden Julian Oscillation (MJO) akan meningkatkan risiko cuaca ekstrem di banyak wilayah Indonesia,” ujarnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top