Hadapi Perubahan Iklim, BMKG Tekankan Pentingnya Data Kelautan

Reading time: 2 menit
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Freepik
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Kondisi bumi saat ini kian mengkhawatirkan dan tidak mudah untuk diprediksi. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya data kelautan, pengamatan, dan pelayanan wilayah pesisir serta laut secara terpadu. Upaya tersebut untuk mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim dan bahaya laut lainnya.

Dwikorita menyampaikan, ketersediaan data maupun informasi kelautan yang akurat dan andal sangat bermanfaat. Hal itu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta dapat memperkuat sistem peringatan dini bencana, khususnya tsunami.

BACA JUGA: COP28, BMKG Tunjukkan Antisipasi Bencana di Pesisir

“Pengamatan dan layanan laut yang berkelanjutan sangat penting dan relevan untuk mengurangi potensi permasalahan dan ancaman yang timbul akibat perubahan iklim maupun ancaman lainnya,” ungkap Dwikorita melalui keterangan rilisnya, Sabtu (16/12).

Laut Berperan Penting untuk Masa Depan Indonesia

Dwikorita menyebut, wilayah pesisir dan laut memiliki arti yang strategis dan penting bagi masa depan Indonesia. Sebab, menurut dia, Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, wilayah laut pun tengah mendominasi total wilayah Indonesia. Bahkan, panjang pantai Indonesia adalah 99.000 km, terpanjang kedua setelah Kanada.

Selain itu, menurut Dwikorita, interaksi darat maupun laut menjadi pendorong utama karakteristik cuaca dan iklim. ENSO dan IOD telah menjadi faktor yang menonjol karena posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Lalu, aktivitas Arus Lintas Indonesia (Indonesian Through Flow) juga turut memengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia.

BACA JUGA: VCA: Libatkan Kelompok Rentan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

“Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami Triple-Dip La Nina pada tahun 2020-2022. Sementara, di tahun 2023 ini, Indonesia menghadapi kekeringan yang cukup parah yang disebabkan oleh El Nino yang kuat,” imbuhnya.

Maka dari itu, tambah Dwikorita, Indonesia mengajak seluruh negara untuk berkolaborasi melakukan pengamatan laut guna mengatasi tantangan perubahan iklim. Apalagi, pemantauan laut dan pesisir membutuhkan biaya yang besar. Sehingga, butuh kemitraan di luar sektor publik untuk pengamatan laut berkelanjutan.

“Ketersediaan data dan informasi yang akurat mengenai laut menjadi salah satu bentuk mitigasi dampak perubahan iklim. Dengan data tersebut, negara-negara di dunia dapat menjadikannya sebagai acuan dalam merumuskan berbagai kebijakan guna mengantisipasi dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari perubahan iklim,” ujarnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top