Peningkatan 1°C Berdampak Besar bagi Kutub Selatan

Reading time: 2 menit
Ilustrasi. Foto: pxhere.com

LONDON, 11 September 2017 – Pemanasan global bisa menimbulkan konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi daerah yang sebelumnya tidak dikenal di planet ini, dasar laut dari Lautan Selatan di sekitar Antartika.

Peningkatan hanya 1°C mampu meningkatkan pertumbuhan kehidupan dasar laut hingga dua kali lipat. Peningkatan 2°C dapat mengubah pola keanekaragaman bawah laut dengan cara yang tidak bisa diprediksi, untuk menaikkan beberapa spesies pada rantai makanan.

Peringatan kutub

Para peneliti melaporkan pada Current Biology bahwa dalam “penelitian paling realistik terkait pemanasan laut hingga saat ini”, mereka memilih untuk menghangatkan area dasar laut yang tidak jauh terletak dari Rothera Research Station milik British Antarctic Survey.

Mereka menempatkan panel yang dipanaskan untuk meningkatkan suhu di atas level ambiens dari permukaan tipis air pada suhu 1°C atau 2°C. Suhu ini merupakan suhu yang diharapkan terjadi pada rentang waktu 50 dan 100 tahun mendatang, berdasarkan skenario pemanasan global.

Dengan pemanasan 1°C, spesies perintis untuk invertebrata penyaring makanan, yang dikenal dengan bryozoan, meninggalkan daerah tersebut: dalam waktu dua bulan, spesies ini, Fenestrulina rugula, mendominasi komunitas dan mengurangi spesies saingan lainnya. Cacing laut yang dikenal sebagai Romanchella perrieri juga melakukan hal yang sama dan bertumbuh: kali ini ukuran tiap individu menjadi 70 persen lebih besar daripada cacing lainnya yang masih menikmati suhu saat ini.

“Saya tidak mengharapkan perbedaan pengamatan signifikan pada komunitas yang dihangatkan pada suhu 1°C di Antartika,” jelasGail Ashton, seorang ahli ekologi bentik laut dari British Antartic Survey di Cambridge dan Smithsonian Environmental Research Center di California, yang memimpin studi tersebut.

“Saya telah menghabiskan sebagian besar karier bekerja pada iklim sedang di mana komunitas mengalami fluktuasi suhu lebih besar dan tidak mengharapkan respon pada perubahan 1°C.”

Respon yang terjadi pada pemanasan dengan derajat berbeda lebih beragam. Spesies cenderung tumbuh lebih cepat dengan pemanasan melalui masa musim panas Antartika, namun musim gugur di bagian kutub selatan, dengan suhu yang turun dan suplai makanan berubah, respon menjadi tidak bisa diprediksi.

Meski demikian, pesan yang disampaikan adalah bahwa adanya peningkatan tidak signifikan di suhu ambiens di dasar laut pada dasar bumi bisa memberikan dampak tidak terduga bagi seluruh ekosistem.

“Ini percobaan yang sederhana dan tidak ambigu,” jelas Dr Ashton. “Dengan menempatkan piringan tes kami di dasar laut dan melakukan penelitian, kami tidak mengubah hampir apapun kecuali suhu air: bukan pasokan makanan, bukan kadar cahaya, bukan ekosistem sekitar. Kami bisa melihat dampak dari perubahan suhu secara jelas dan cukup dramatis.”

Penemuan tidak terduga

Penemuan tersebut menjadi tidak terduga. Hanya beberapa hari sebelumnya, para peneliti British Antartic Survey menemukan bahwa penelitian zooplankton pada lautan yang sama menunjukkan adanya perubahan pada suhu permukaan laut hanya memberikan sedikit perbedaan.

Mereka melaporkan dalamGlobal Change Biology bahwa mereka telah melihat distribusi dari copepoda bernama Calanus propinquus, spesies yang penting di rantai makanan, pada masa kini dan penelitian sebelumnya antara tahun 1926 dan 1938. Dalam interval, suhu muka laut telah meningkat pada rata-rata 0.74°C. Namun, plankton tetap tinggal di daerah tersebut, untuk menyediakan makan siang bagi komunitas kutub utara.

Profesor Geraint Tarling, ahli ekologi zooplankton di British Antartic Survey, mengatakan: “Kami mengharapkan untuk menemukan migrasi kutub selatan yang besar dari komunitas zooplankton seperti yang terjadi di Artik. Faktanya adalah komunitas justru berada pada tempat yang sama meskipun pemanasan satu derajat pada enam dekade belakangan menunjukkan mereka jauh lebih bisa bertahan dari yang kita kira.” – Climate News Network

Top