Pasururan (Greeners) – Aktivitas tambang pemecah batu di Desa Sumbersuko, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, memakan korban jiwa. Seorang petani meninggal dunia karena terkena lontaran batu saat sedang bekerja di sawah. Tambang ini memecah batu di lerang Gunung Penanggungan dengan ledakan dinamit.
Peristiwa ini membuat warga dan aktivis lingkungan geram hingga menutup paksa dengan menyegel tambang pada Jumat (24/03). Warga mendatangi kantor tambang dan meminta pihak tambang bertanggungjawab kepada keluarga korban. Warga juga meminta para pekerja menghentikan aktivitasnya dan memasang spanduk bertuliskan “Tempat Ini Disegel Warga” di depan kantor.
“Warga geger dengan meninggalnya Pak Suja’i. Aktivitas tambang ini sudah membahayakan keselamatan warga karena berdekatan dengan jalan desa. Warga yang melintas jalan bisa terkena musibah seperti itu,” kata Lutfi Jauhari, koordinator Jaringan Masyarakat Penanggungan Tolak Tambang (JMPTT), di lokasi.
BACA JUGA: KLHK Atur Konsep Penanggulangan Tambang Rakyat Tanpa Izin
Menurut Lutfi, Suja’i tertimpa bongkahan batu dari atas bukit yang diledakkan dengan dinamit. Batu tersebut, katanya, mengenai punggung korban. Korban meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. “Jarak antara pusat ledakan dan korban sekitar 500 meter. Bayangkan, ini kan sangat membahayakan,” terangnya.
Warga dan aktivis merasa prihatin dan berkabung dengan kejadian tersebut. “Penggunaan peledak dalam penambangan di lereng Gunung Penanggungan kami duga salahi aturan. Selain itu, pihak pengelola tambang terkesan tidak bertanggung jawab atas kejadian itu, hingga saat ini mereka belum kunjungi keluarga korban,” kata Lutfi.
Tewasnya petani bernama Suja’i warga Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, tersebut menjadi pemantik keresahan warga yang salama ini sudah merasa tidak nyaman dengan aktivitas tambang. Selain membahayakan warga, aktivitas di tambang milik PT Berkat Granite ini dinilai sudah merusak lingkungan di kawasan Gunung Penanggungan yang dalam Negara Kretagama disebut sebagai Gunung Prawitra (Perwira) tersebut. Di kawasan ini terdapat banyak peninggalan sejarah Kerajaan Medang Mpu Sendok, Kerajaan Kahuripan Airlangga hingga Kerajaan Mojopahit.
“Aktivitas tambang dengan peledakan itu kami takutkan akan merusak situs-situs sejarah yang masih banyak tersebar dan belum ditemukan. Makanya tambang-tambang harus ditutup,” tegas Lutfi.
BACA JUGA: Pertambangan Rakyat, Presiden Berikan 7 Instruksi Terkait Penggunaan Merkuri
Warga yang melakukan tutup paksa sempat ditemui Hermin, yang mengaku sebagai pengawas di perusahaan. Hermin berjanji akan menyampaikan tuntutan warga kepada pimpinan tambang terutama terkait tanggungjawab pada keluarga korban.
Menurut Hermin, peledakan di tambang batu tersebut tidak setiap hari dilakukan. Untuk keamanan warga, pihaknya meminta bantuan aparat keamanan untuk berjaga. “Setiap peledakan dijaga polisi dan Babinsa (bintara pembina desa, Red.) agar tak mengenai warga,” katanya.
Hingga Jumat malam, belum ada keterangan resmi dari aparat kepolisian dan pemerintah setempat terkait kecelakaan tambang tersebut.
Penulis: MA/G12