Warga Kabupaten Poso Khawatir Lingkungannya Tercemar Plastik

Reading time: 3 menit
Survei mengungkapkan mayoritas warga Kabupaten Poso khawatir lingkungannya tercemar sampah plastik. Foto: Ecoton
Survei mengungkapkan mayoritas warga Kabupaten Poso khawatir lingkungannya tercemar sampah plastik. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Institut Mosintuwu dan Ecological Observation & Wetlands Consevation (Ecoton) melakukan survei online mengenai permasalahan sampah plastik di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hasil survei  mengungkapkan mayoritas warga Kabupaten Poso khawatir lingkungannya tercemar sampah plastik.

Survei online yang dilakukan pada 12 Juli 2024 ini telah diikuti oleh 152 orang dari 48 wilayah desa, kelurahan, dan dusun di Kabupaten Poso. Sebanyak 61,8 persen responden mengatakan, masalah lingkungan yang paling mengkhawatirkan di Kabupaten Poso adalah pencemaran sampah plastik.

Kemudian, sebanyak 20,4 persen responden mengkhawatirkan pencemaran itu terjadi di sungai, danau, dan laut. Sebanyak 33 persen responden juga mengatakan, sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik sebagai salah satu sebab tingginya kejadian banjir belakangan ini di Sulawesi Tengah. Di sisi kesehatan, sebanyak 48 persen responden mengkhawatirkan sampah plastik mengancam kesehatan manusia di Kabupaten Poso.

Survei ini memperlihatkan kompleksnya permasalahan sampah di Kabupaten Poso . Potensi timbulan sampah yang petugas angkut ke Tempat Pembuangan Akhir Poso juga masih begitu tinggi dengan rata-rata 400 ton sampah per bulan.

BACA JUGA: Riset: Warga Indonesia Paling Banyak Mengonsumsi Mikroplastik

Pemilahan sampah oleh warga Kabupaten Poso juga masih rendah. Hanya 30,9 persen responden yang memilah sampah di rumahnya. Sebesar 3,8 persen responden pun mengakui telah membakar sampah plastik.

“Cara pikir dan gaya hidup zaman sekarang yang maunya instan membuat alam dan manusia menderita. Memang plastik itu mempermudah. Namun, sebenarnya dampaknya membuat penderitaan yang berabad-abad lamanya,” ungkap aktivis muda sekaligus Co-captain River Warrior, Aeshnina Azzahra Aqilani di Kabupaten Poso, Jumat (12/7).

Aktivis muda yang kerap disapa Nina ini menilai bahwa konsumsi plastik sekali pakai ini telah mempermudah hidup manusia dan menjadi gaya hidup. Namun, lanjutnya, manusia tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang telah mereka gunakan.

Survei mengungkapkan mayoritas warga Kabupaten Poso khawatir lingkungannya tercemar sampah plastik. Foto: Ecoton

Survei mengungkapkan mayoritas warga Kabupaten Poso khawatir lingkungannya tercemar sampah plastik. Foto: Ecoton

Sampah Plastik Timbulkan Mikroplastik

Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini mengatakan bahwa plastik sekali pakai akan menjadi biang mikroplastik yang membahayakan kehidupan manusia. Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan di feses, paru-paru, sperma, air susu ibu, plasenta, hingga otak manusia.

Ecoton juga melakukan penelitian air sungai, danau, laut, tanaman, udara, serta wajah manusia di Kabupaten Poso. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh komponen tersebut terpapar mikroplastik.

“Mikroplastik ini berasal dari dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu plastik yang sengaja dibuat seperti tas kresek. Sumber sekunder yaitu plastik yang tidak sengaja dibuat, namun ditambahkan sebagai sebuah unsur dari sebuah produk, misalnya pembersih wajah,” kata Daru.

Menurut Daru, dalam mengatasi permasalahan plastik ini, ada tiga pihak yang bertanggung jawab. Mereka adalah pemerintah, produsen atau perusahaan, dan masyarakat.

“Saat ini, ada 113 pemerintah kota dan daerah telah membuat kebijakan untuk menolak plastik sekali pakai,” ujarnya.

Saya Pilih Bumi Usulkan Kebijakan Pelarangan Plastik

Dalam kegiatan ini, Komunitas Saya Pilih Bumi melakukan audiensi bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Poso, Murni Putosi. Mereka menyampaikan usulan kepada pihak DLH untuk membuat kebijakan pelarangan plastik sekali pakai.

Di sisi lain, survei online juga menunjukkan bahwa sebanyak 97,3 % responden menyebutkan perlunya peraturan yang mengatur penggunaan plastik sekali pakai.

BACA JUGA: Solusi Atasi Sampah Plastik Global Jangan Palsu

Sejumlah organisasi lingkungan yang terlibat dalam kegiatan ini juga sepakat untuk membangun jaringan dan kelompok untuk mengampanyekan diet plastik. Kampanye tersebut dapat dimulai dari diri sendiri hingga lingkungan sekitar.

Mereka juga memiliki ide untuk membuat warung refill atau isi ulang. Konsep warung ini nantinya tidak lagi menyiapkan plastik atau kantong kresek kepada pembeli. Komunitas Saya Pilih Bumi pun merencanakan beberapa inisiatif, antara lain Sekolah Ekologis, Gereja Ekologis, dan Pesantren Ekologis.

DLH Dukung Inisiatif Pengurangan Sampah

Merespons usulan sejumlah komunitas, Murni Putosi mendukung sejumlah inisiatif tersebut. Ia mengatakan saat ini sudah ada upaya untuk mengurangi sampah di Kabupaten Poso. Salah satunya yaitu DLH telah mengedarkan surat instruksi kepada para pemilik usaha di sekitar wilayah Danau Poso. DLH meminta para pemilik usaha tidak membuang sampah di danau.

Murni juga menyebutkan bahwa pemilik usaha juga menyambut baik usulan dari komunitas, untuk meningkatkan surat instruksi menjadi peraturan mengenai plastik sekali pakai. DLH Kabupaten Poso berharap agar semua pihak dapat menindaklanjuti usulan ini.

“Dukungan untuk usulan peraturan daerah mengenai penggunaan plastik sekali pakai dari DLH Kabupaten Poso ini menjadi langkah awal yang akan ditindaklanjuti oleh komunitas Saya Pilih Bumi,” ujar Murni.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top