Waspada Banjir Rob di Pesisir dan Hujan Lebat Sepanjang Nataru

Reading time: 3 menit
Masyarakat pesisir masih terancam banjir rob jelang akhir tahun. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi banjir rob pada 18-22 Desember 2021. Setelah itu, waspadai pula memasuki puncak musim hujan, jelang akhir tahun sebagian besar wilayah Indonesia bakal diguyur hujan sedang hingga lebat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, saat ini tengah terjadi fase bulan baru dan kondisi perigee. Kondisi ini berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum yang lebih signifikan yang berpotensi mengakibatkan banjir rob.

“Kondisi perigee, kondisi di mana posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan planet bumi. Sehingga gravitasi bulan terhadap permukaan air di samudra dan di laut menjadi semakin meningkat. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut yang dapat berpotensi besar mengakibatkan banjir pesisir atau rob,” kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual BMKG di Jakarta, Selasa (8/12).

BMKG memprediksi bahwa banjir rob akan terjadi kembali pada 18-22 Desember 2021. Hal ini terjadi karena adanya fenomena fase bulan purnama pada 19 Desember 2021.

Adapun sejumlah wilayah yang terdampak banjir rob ini yaitu Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Waspadai juga potensi rob di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Ternate, Halmahera, Papua dan Papua Barat.

Berdasarkan pantauan BMKG terkait kondisi atmosfer terkini terdapat pola sirkulasi siklonik dan seruakan dingin aktif di Laut Cina Selatan. Kondisi ini memberikan dampak yang signifikan pada peningkatan tinggi gelombang mencapai 4-6 m di wilayah Perairan Natuna.

Selain itu kondisi kecepatan angin signifikan berkisar 25-30 knot terpantau di Samudra Pasifik timur Filipina. Kondisi berdampak terhadap peningkatan tinggi gelombang mencapai 4-6 m di wilayah utara Indonesia bagian timur.

Aktivitas Masyarakat Pesisir Terdampak Banjir Rob

Akibat sejumlah kondisi tersebut, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai dampaknya. Aktivitas masyarakat khususnya di pelabuhan dan wilayah pesisir akan terganggu.

“Hal ini perlu diwaspadai karena dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan dan pemukiman di pesisir. Artinya perlu segera dilakukan mitigasi sebelum terjadi. Kemudian juga aktivitas tambak garang dan perikanan di darat,” paparnya.

Dalam mengantisipasi dampak terjadinya banjir rob, Dwikorita juga menyebut pihaknya sejak lima tahun lalu mengadakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan untuk mengedukasi masyarakat terkait dampak banjir rob.

“Untuk mengantisipasi hal ini BMKG juga melakukan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan terutama untuk masyarakat di pesisir dan para nelayan. Alumninya sudah cukup banyak dan para alumni ini yang juga membantu turut serta mendukung BMKG dalam menyebarluaskan informasi antisipasi tentang bahaya gelombang tinggi dan banjir rob,” ungkapnya.

Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Muhammad Yusuf mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa program dalam meminimalisir terjadinya banjir rob seperti hybrid engineering dan karbu pantai.

“Ke depannya, kita akan mencoba mengembangkan daerah-daerah yang mungkin tingkat robnya cukup tinggi. Kita akan memberi peringatan kepada masyarakat untuk tidak berkegiatan atau membangun sesuatu yang dapat berakibat mengancam keselamatan mereka,” ucap Yusuf.

BMKG juga memprediksi sepanjang Nataru hujan sedang-lebat melanda sebagian wilayah Indonesia. Foto: Shutterstock

BMKG Prediksikan Hujan Lebat Selama Nataru

Dwikorita juga mengungkapkan prediksi BMKG terkait cuaca yang akan terjadi selama Natal dan Tahun Baru (Nataru). Ia menyebut bahwa potensi curah hujan di atas normal mencapai 70% dan puncaknya pada bulan Januari-Februari 2022 mendatang.

“Potensi ekstrem tentunya masih akan terjadi seiring dengan meningkatnya intensitas hujan di bulan Januari-Februari terutama di Tahun Baru. Satu minggu sebelum Natal, BMKG memperkirakan intensitas hujan hampir di seluruh provinsi di Indonesia adalah intensitas hujan menengah hingga lebat,” jelasnya.

Usai Nataru pun, BMKG masih memprediksi bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

“Mulai Natal yaitu 25 Desember hingga 2 Januari 2022, prediksinya seluruh provinsi di Indonesia mengalami hujan dengan intensitas lebat. Setelah 2 Januari selama seminggu diprediksi curah hujan masih dengan intensitas sedang hingga lebat,” tandasnya.

Penulis : Fitri Annisa

Top