Jakarta (Greeners) – World Meteorological Organization (WMO) mengonfirmasi bahwa 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, berdasarkan enam data internasional. Selama 10 tahun terakhir, semua tahun tersebut termasuk dalam daftar tahun dengan suhu tertinggi, mencatatkan rekor suhu yang sangat ekstrem.
Menurut analisis gabungan WMO, suhu permukaan rata-rata global pada 2024 adalah 1,55°C (dengan margin ketidakpastian ± 0,13°C), yang lebih tinggi daripada rata-rata suhu tahun 1850-1900. Ini menunjukkan bahwa umat manusia mungkin baru saja mengalami tahun pertama dengan suhu rata-rata global lebih dari 1,5°C di atas suhu rata-rata tersebut.
BACA JUGA: Suhu Tahun 2023 Bakal Lebih Panas
WMO menyediakan penilaian suhu berdasarkan berbagai sumber data untuk mendukung pemantauan iklim internasional. Organisasi ini juga memberikan informasi yang sahih untuk proses negosiasi perubahan iklim di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kumpulan data tersebut berasal dari European Center for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF), Japan Meteorological Agency, dan NASA. WMO juga mengumpulkan data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), UK’s Met Office yang bekerja sama dengan Hadley Centre/Climatic Research Unit Temperature (HadCRUT), serta Berkeley Earth.
Rekor Suhu Global
Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menyatakan bahwa sejarah iklim sedang terjadi di depan mata. Seluruh umat manusia kini tidak hanya mengalami satu atau dua tahun yang memecahkan rekor. Namun, serangkaian kejadian ekstrem telah berlangsung selama 10 tahun penuh.
Menurutnya, tingginya kadar gas rumah kaca akibat aktivitas manusia menjadi salah satu pemicu kenaikan suhu. Akibatnya, cuaca yang dahsyat, naiknya permukaan air laut, dan mencairnya es merupakan dampak dari peristiwa ini.
“Penting untuk ditegaskan bahwa satu tahun dengan suhu lebih dari 1,5°C selama setahun bukan berarti kita gagal memenuhi target suhu jangka panjang Perjanjian Paris, yang pengukurannya selama beberapa dekade, bukan satu tahun,” kata Celeste Saulo lewat keterangan tertulisnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa setiap kenaikan suhu, sekecil apa pun, sangat penting. Baik suhu global berada di bawah atau di atas 1,5°C, setiap peningkatan akan memperburuk dampaknya. Dampak tersebut akan terasa dalam kehidupan, ekonomi, dan kondisi planet ini.
Meskipun terdapat margin ketidakpastian dalam semua penilaian suhu, keenam data yang WMO gunakan telah menempatkan 2024 sebagai tahun terhangat yang pernah tercatat.
Seluruh data tersebut menyoroti laju pemanasan terkini. Namun, tidak semuanya menunjukkan anomali suhu di atas 1,5°C. Hal ini disebabkan oleh perbedaan metodologi dalam setiap set data.
Perjanjian Paris
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres juga turut merespons hal ini. Ia mengimbau pemerintah di seluruh dunia untuk segera menyampaikan rencana aksi iklim nasional yang baru pada tahun ini. Hal ini penting untuk membatasi kenaikan suhu global jangka panjang hingga 1,5°C, sesuai dengan target Perjanjian Paris. Guterres juga menekankan perlunya dukungan bagi negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Menurutnya, meskipun ada satu atau beberapa tahun yang suhu globalnya melampaui ambang batas 1,5°C, hal tersebut tidak berarti gagal mencapai tujuan jangka panjang untuk menahan peningkatan suhu rata-rata global di bawah 2°C dibandingkan dengan tingkat pra-industri.
Tujuan utama dari Perjanjian Paris adalah membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri. Guterres berharap pencapaian tujuan ini dapat secara signifikan mengurangi risiko dan dampak perubahan iklim.
BACA JUGA: Anomali Suhu Agustus 2022 Tertinggi Ke-5, 2016 Tetap Tahun Terpanas
Namun, ia juga menegaskan bahwa Perjanjian Paris tidak memberikan definisi waktu yang spesifik dan tujuan tersebut merujuk pada periode panjang, biasanya puluhan tahun atau lebih.
“Setiap tahun yang suhu globalnya melampaui 1,5°C tidak berarti kita sudah berhasil mencapai tujuan jangka panjang. Itu justru menunjukkan bahwa kita perlu berusaha lebih keras. Suhu yang sangat tinggi di tahun 2024 harus diikuti dengan tindakan besar di tahun 2025,” kata Guterres.
Ia juga menegaskan bahwa masih ada waktu untuk menghindari bencana iklim terburuk. Namun, para pemimpin dunia harus bertindak sekarang untuk mengatasi tantangan ini.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia