World Water Day 2024: Manfaatkan Air sebagai Sarana Perdamaian

Reading time: 2 menit
World Water Day. Foto: Freepik
World Water Day. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – World Water Day atau Hari Air Sedunia jatuh setiap tanggal 22 Maret. Tahun ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat tema “Leveraging Water for Peace”.  Pada momen ini, masyarakat diingatkan untuk memanfaatkan air sebagai sarana perdamaian.

Pakar Tata Kelola Air Universitas Indonesia, Firdaus Ali mengatakan saat ini banyak terjadi konflik pada sejumlah tempat terkait perebutan air, termasuk di wilayah Indonesia. 

“Di Sumatera Utara dan banyak tempat lainnya sudah terjadi konflik. Tema tahun ini sangat relevan karena air sebenarnya membawa kedamaian, bukan konflik yang mengakibatkan perang jika kita sama-sama kelola air dengan baik,” kata Firdaus kepada Greeners lewat keterangan tertulisnya. 

Menurutnya, satu-satunya zat yang menghubungkan manusia dengan kehidupan sekarang dan nanti hanya satu zat, yaitu air. Air adalah sumber untuk menciptakan kedamaian.

BACA JUGA: Komunitas Jaga Semesta Lindungi Mata Air demi Cegah Krisis Air 2040

Tahun ini World Water Forum 2024 juga akan dilaksanakan di Indonesia. Sejumlah negara akan berdiskusi dan mencari solusi bersama untuk membahas soal pengelolaan air.

“Kami ingin forum air ini menciptakan kesejahteraan. Kami akan mencari solusinya dan berdiskusi di Bali untuk kesejahteraan. Jangan sampai air jadi konflik bencana, jangan sampai jadi isu yang akan membawa kita ke krisis pangan, krisis energi,” tambah Firdaus.

Setiap masing-masing individu pun memiliki tanggung jawab terhadap air itu untuk dilindungi, diproteksi, dan digunakan secara bijak. Menurut Firdaus, kalau masyarakat bisa menggunakan air dengan baik, air juga bakal treat kita dengan baik. 

Ilustrasi krisis air. Foto: Freepik

Ilustrasi krisis air. Foto: Freepik

Dunia Terancam Krisis Air

Sejak 2021, PBB telah memperingatkan kepada dunia atas ancaman krisis air global. Indonesia menjadi salah satu negara yang sudah merasakan dampak dari krisis air. 

Firdaus mengatakan bahwa isu krisis air ini bukan menjadi sesuatu yang baru terjadi di Indonesia. Dalam 30 tahun terakhir, intensitas krisis air di Indonesia semakin intens. 

“Jadi, kita sudah di tengah-tengah krisis air. Kebanyakan orang selalu menganggap krisis itu kekurangan, padahal tidak. Air yang tidak mampu dikelola juga merupakan krisis,” ungkap Firdaus. 

BACA JUGA: Musim Kemarau Bakal Lebih Kering, Hemat Gunakan Air

Sementara itu, pada 15 November 2022 lalu, PBB juga mengumumkan jumlah populasi penduduk mencapai lebih dari 8 miliar. Hal ini akan berimbas pada kebutuhan ruang yang semakin meningkat. Sehingga, banyak terjadi konversi lahan yang berubah menjadi bangunan. 

Artinya, lanjut Firdaus, sistem resapan alam pun sudah berubah. Hal ini akan mengancam ketersediaan air saat ini. Ketika hujan turun, sebagian besar airnya pun sudah tidak meresap ke dalam tanah. Sebab, tanah alami telah ditutup oleh aspal, ditambah bangunan yang kian marak. 

“Sedangkan air yang melimpah sangatlah banyak, tetapi sungai dan danau yang bisa menampung luapan air itu tidaklah membesar. Sehingga, ini menimbulkan kelebihan air yang berakhir menjadi bencana,” imbuh Firdaus.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top